Beberapa hari ini Surabaya diselimuti awan mendung. Meski mendung, namun hawa terasa 'sumuk' atau gerah.
Menurut Prakirawan Stasiun BMKG Juanda Teguh Tri Susanto, mendung memang menahan pancaran sinar matahari. Namun meski mendung, bukan berarti pertanda pasti akan turun hujan.
"Mendung yang terjadi di Surabaya karena Surabaya memasuki masa peralihan atau pancaroba," kata Teguh saat dihubungi detikJatim, Rabu (15/11/2023).
Teguh mengatakan awan yang sedang mendung namun tidak hujan di Surabaya ini bukan karena polusi udara. Melainkan adanya lapisan inversi atau lapisan atmosfer yang hangat berada di atas lapisan atmosfer yang dingin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut data observasi, karena sedang terjadi kekaburan jarak pandang akibat adanya lapisan inversi," ujarnya.
BMKG Juanda memprakirakan musim hujan di Surabaya akan turun pada awal Desember mendatang. Sedangkan di daerah Jatim, sebagian daerah sudah diguyur hujan pada November ini.
"Awal musim hujan Surabaya di Desember dasarian 1 dan 2. Saat ini November dasarian 2 sebagian Jatim suda memasuki masa peralihan," jelasnya.
Salah satu warga Dukuh Pakis, Mei mengatakan, di daerah tempatnya tinggal beberapa hari ini mendung. Namun bukan hawa sejuk yang dirasa, melainkan gerah meski kipas angin sudah disetting paling kencang.
"Mendung, enak, adem di luar. Tapi kalau sudah di dalam ruangan sumuk pol, ndrumus (keringatan) badan. Pancaroba memang gini sih," kata Mei.
(esw/iwd)