Hari Ganefo, Mengenang Perlawanan pada Imperialisme dengan Pesta Olahraga

Hari Ganefo, Mengenang Perlawanan pada Imperialisme dengan Pesta Olahraga

Savira Oktavia - detikJatim
Rabu, 08 Nov 2023 22:15 WIB
Ketika masuk ke dalam museum, langsung disambut dengan lukisan Bung Karno
Lukisan Bung Karno/Foto: detik
Surabaya -

Selain Hari Pahlawan, tanggal 10 November juga diperingati sebagai Hari Ganefo. Ganefo merupakan singkatan dari Games of The New Emerging Forces atau Hari Pesta Olahraga Negara Berkembang.

Pencetusan Hari Ganefo dilatarbelakangi salah satu peristiwa bersejarah. Di mana saat itu Presiden Soekarno menolak tegas hegemoni Barat melalui arena olahraga.

Pada saat itu, situasi politik luar negeri terpusat pada dua negara yang berseteru dalam perang ideologi perebutan hegemoni. Antara Blok Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat dengan Blok Timur di bawah pimpinan Uni Soviet.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh karena itu, Soekarno ingin mengubah tatanan dunia dengan mengemukakan konsepsi baru yang selaras dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia. Konsepsi baru itu melawan imperialisme-kolonialisme menggunakan konfrontasi.

Selain dalam ruang lingkup permasalahan politik, Soekarno juga mengeluarkan kebijakan konfrontasi bidang olahraga. Yang kemudian diberi nama Games Of The New Emerging Forces atau Ganefo.

ADVERTISEMENT

Kegiatan dalam kancah internasional tersebut pernah digelar Indonesia. Itu menjadi suatu kebanggaan pada tahun 1963.

Sejarah Ganefo

Dikutip jurnal Ganefo Sebagai Wahana Dalam Mewujudkan Konsepsi Politik Luar Negeri Soekarno 1963-1967 oleh Bayu Kurniawan dan Septina Alrianingrum, secara garis besar terdapat sejumlah faktor penting yang melatarbelakangi penyelenggaraan Ganefo, yaitu sebagai berikut:

1. Situasi Politik Internasional

Kala itu, terjadi perang dingin antara negara-negara maju dengan negara berkembang untuk menumbuhkan imperialisme. Sistem imperialisme bagi negara maju, terutama dunia Barat, mulai tampak pada pelaksanaan beberapa kegiatan olahraga, seperti Olimpiade dan Asian Games.

Fakta di lapangan, Komite Olimpiade Internasional (IOC) justru tidak menindak tegas terhadap beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh Perancis dan AS. Sehingga muncul anggapan bahwa pihak IOC tidak berani menentang negara-negara anggota Blok Barat.

2. Skorsing IOC kepada Indonesia

Indonesia mendapatkan skorsing dari IOC karena telah melarang kehadiran Taiwan dan Israel ke Asian Games IV di Jakarta, sebagai wujud solidaritas dan menjaga hubungan baik terhadap negara-negara Arab dan RRT. Maka dari itu, pelaksanaan Ganefo diharapkan dapat mengangkat nama bangsa Indonesia dan membuka mata dunia bahwa Indonesia merupakan salah satu kekuatan baru di Asia.

3. Situasi Politik Dalam Negeri Indonesia

Setelah Indonesia mendapatkan skorsing oleh pihak IOC, Soekarno membangkitkan nasionalisme masyarakat Indonesia untuk melawan salah satu bentuk imperialisme di bidang olahraga, dan mewujudkan konsepsi politik luar negerinya.

4. Konsepsi Politik Luar Negeri

Melalui pidato yang disampaikannya, Ganefo merupakan salah satu upaya mewujudkan konsepsi Soekarno mengenai pembagian dunia menjadi dua blok, yakni Nefo dan Oldefo. Oldefo meliputi negara-negara dengan paham kapitalisme dan kolonialisme, sedangkan Nofe meliputi negara-negara dengan paham antikapitalisme dan antikolonialisme.

Ganefo Tahun 1963

Pada 10 November 1963, Soekarno membuka Ganefo secara resmi di Gelora Bung Karno Jakarta, dengan melibatkan 47 negara sebagai partisipan dalam upacara pembukaan Ganefo I. Komite Nasional Ganefo telah menyusun daftar 20 cabang olahraga yang akan dimainkan.

Melalui kegiatan itu, Indonesia berhasil membuktikan bahwa atlet mereka dapat bersaing dengan negara kuat lainnya. Kemudian, pada tanggal 22 November 1963, Ganefo I Jakarta resmi ditutup dengan Indonesia sebagai tuan rumah keluar sebagai runner-up dengan meraih 81 medali.


Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sun/iwd)


Hide Ads