Ribuan warga di Kabupaten Blitar terjangkit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Sekitar 85 persen penderitanya merupakan balita usia 0-5 tahun. Kemarau panjang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas udara hingga menyebabkan ISPA.
Kabid P2P Dinkes Kabupaten Blitar Anggit Ditya Putranto menyebut selama Januari hingga September 2023 tercatat ada sekitar 2.554 warga yang terjangkit ISPA. Data tersebut didapatkan dari seluruh fasyankes di Kabupaten Blitar.
"Ini dari awal tahun sampai September 2023 ada sekitar 2.554 warga yang terkena ISPA. Ada penurunan dari sebelumnya. Tahun lalu jumlah totalnya sekitar 2.909 orang," katanya saat dikonfirmasi detikJatim, Jumat (13/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anggit mengatakan penderita ISPA yang paling banyak ditemukan masih balita rentang usia 0-5 tahun. Jumlah balita dengan ISPA mencapai 85 persen atau sekitar 2.171 anak.
"Balita yang terdampak rentang usia 0 sampai 5 tahun. Sekitar 85 persen, sisanya penderita ISPA dengan usia anak dan dewasa," terangnya. Menurut Anggit, balita dengan gejala ISPA harus dibawa ke fasyankes terdekat sesegara mungkin sehingga mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Meskipun belum ditemukan pasien ISPA yang meninggal dunia, kata Anggit, pihaknya tetap mengimbau masyarakat dapat menerapkan pola hidup sehat. Terlebih saat musim kemarau panjang yang berdampak pada kualitas udara.
Untuk itu, perlu dilakukan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, termasuk kualitas udara. "Bisa jadi salah faktor predisposisi (kemarau panjang). Yang penting perlu dilakukan germas (gerakan masyarakat hidup sehat)," tandasnya.
ISPA merupakan penyakit pada saluran pernapasan yang dapat menular. Gejala umum ISPA, yakni batuk, pilek, nyeri tenggorokan, sesak napas, dan sebagainya. Salah satu penyebab ISPA adalah virus dalam tubuh. Sehingga disarankan orang dengan gejala ISPA segera mendapatkan pelayanan dari petugas kesehatan.
(irb/fat)