Pondok Pesantren (Ponpes) Sidogiri dinobatkan sebagai salah satu pondok pesantren tertua di Indonesia. Berikut ini sejarahnya.
Selasa (31/1/2023), Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengadakan acara pemberian penghargaan kepada pondok pesantren yang berusia lebih dari 100 tahun atau satu abad. Acara dengan motto Merawat Jagad Membangun Peradaban ini merupakan bentuk terima kasih NU kepada pesantren yang ikut andil memberikan dedikasi dan kiprah dalam mencerdaskan anak bangsa.
Ponpes Sidogiri turut diundang untuk menerima penghargaan. PBNU memilih Sidogiri sebagai salah satu pondok pesantren tertua di Indonesia. Sebab pondok pesantren ini telah berumur 286 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ponpes Sidogiri merupakan jenis pesantren salaf di Jalan Raya Sidogiri, Sidogiri, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan. Ponpes ini didirikan pada awal abad ke-18 oleh Sayyid Sulaiman.
Baca juga: Lirik Mars Hari Santri: NKRI Harga Mati |
Ponpes Sidogiri Pasuruan:
1. Sejarah Pondok Pesantren Sidogiri
Mengutip situs resmi Pondok Pesantren Sidogiri, Sayyid Sulaiman dikenal sebagai seorang Sayyid asal Cirebon, yang memiliki garis keturunan Rasulullah dari nasab Basyaiban dan cucu dari Sunan Gunung Jati.
Sayyid Sulaiman merupakan putra dari pasangan Sayyid Abdurrahman yang merupakan seorang perantau dari Tarim Hadramaut Yaman, dan Syarifah Khodijah yang merupakan seorang putri Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati.
Sayyid Sulaiman meratakan hutan belantara yang tak pernah didatangi oleh manusia dan dihuni oleh banyak makhluk halus, selama 40 hari. Beliau mengubah wilayah Sidogiri menjadi tanah yang lapang.
Lalu, Sayyid Sulaiman membangun sebuah pondok pesantren dengan bantuan Kiai Aminullah. Aminullah adalah seorang santri sekaligus menantunya yang berasal dari Pulau Bawean.
Ada dua versi mengenai tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri, yaitu 1718 atau 1745. Dalam Panca Warga tahun 1963, tercatat bahwa pesantren tersebut dibangun sejak tahun 1718 dan catatan itu disahkan oleh KH Noerhasan Nawawie, KH Cholil Nawawie, dan KA Sa'doellah Nawawie pada tanggal 29 Oktober 1963.
Sementara catatan yang disahkan oleh KA Sa'doellah Nawawie, mencatat bahwa tahun 1971 merupakan hari ulang tahun Pondok Pesantren Sidogiri ke-226. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri dibangun pada tahun 1745.
2. Pengurus Pondok Pesantren Sidogiri
- Sayyid Sulaiman (1745 M)
- KH Aminullah (pertengahan abad ke-18 M)
- KH Mahalli (sekitar akhir abad ke-18 M)
- KH Abu Dzarrin (sekitar awal abad ke-19 M)
- KH Noerhasan bin Noerkhotim (sekitar awal sampai dengan pertengahan abad ke-19 M)
- KH Bahan bin Noerhasan (sekitar pertengahan abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20)
- KH Nawawie bin Norhasan (awal abad ke-19 M)
- KH Abd. Adzim bin Oerip (awal abad ke-19 M)
- KH Abd. Djalil bin Fadhil (awal abad ke-19 sampai dengan 1947)
- KH Cholil Nawawie (1947 M)
- KH Abd. Alim Abd. Djalil (21 Ramadan 1978 M)
- KH A. Nawawie Abd. Djalil (28 Dzul Qadah 1425 H/2005 M)
- KH Fuad Noerhasan (2021-sekarang)
![]() |
3. Daerah Permukiman Santri
Daerah permukiman santri menjadi salah satu komponen kepengurusan Pondok Pesantren Sidogiri, yang berfungsi merealisasikan cita-cita Masyayikh Sidogiri untuk menciptakan santri ibadillah ash-shalihin. Daerah ini menjadi amaliyah keseharian para santri. Saat ini, Pondok Pesantren Sidogiri mempunyai 17 daerah permukiman santri, berikut beberapa di antaranya:
- Daerah khusus I'dadiyah
- Daerah khusus Kelas Lanjutan Takhassus dan Taqrib
- Daerah khusus Bahasa Arab dan Inggris
- Daerah khusus Tahfiz Al-Quran
- Daerah khusus Tahfizh Nazham
- Daerah Tahfizh Hadist
- Daerah D khusus bagi peserta didik kelas V Ibtidaiyah ke bawah
- Daerah Z khusus santri yang menjadi petugas Kapontren Sidogiri
Baca juga: Biografi KH Bisri Syansuri |
Demikian uraian mengenai Pondok Pesantren Sidogiri dilengkapi sejarah perkembangannya, para pengurusnya, dan daftar pemukiman santri. Semoga bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sun/dte)