Dampak kemarau panjang, ratusan nelayan di Desa Gumeng, Bungah, Gresik, menghentikan aktivitas mencari ikan sementara waktu ini. Hal ini disebabkan banyaknya ratusan kapal yang terdampar di sungai menuju laut yang mengering.
Perahu-perahu milik nelayan setempat terparkir berjajar rapi di pinggir sungai. Banyak di antara para nelayan tidak melakukan aktivitas melaut. Bahkan, ada yang beralih profesi menjadi tukang kuli bangunan.
Ahmad Basri, Ketua Nelayan desa setempat mengatakan bahwa para nelayan tidak bisa melakukan aktivitas mencari ikan di laut. Menurutnya, sejak kemarau panjang melanda Gresik, air sungai di desa setempat surut sejak dua bulan terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah surut sejak Agustus lalu. Tapi 1 bulan ini lebih parah karena air bengawan solo surut, jadi air sungai tidak bisa naik meskipun laut dalam kondisi rob besar," kata Ahmad kepada detikJatim, Rabu (11/10/2023).
![]() |
Ahmad menambahkan sekitar 100 perahu nelayan tidak melaut akibat surutnya air sungai. Karena, perahu nelayan berlayar ke laut harus melewati sungai terlebih dahulu.
"Biasanya kali Gumeng itu tergantung air laut, ketika rob ikut rob, ketika surut ya ikut surut. Tapi sekarang gak begitu, perahu gak bisa mengapung, jadi nelayan gak bisa melaut," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Gumeng Wahyuddin mengungkapkan surutnya sungai yang menyebabkan nelayan setempat tidak bisa melaut terjadi setiap musim kemarau tiba. Salah satu faktornya, yakni sudah puluhan tahun sungai tersebut tidak dinormalisasi hingga mengalami pendangkalan.
"Ini sudah dua sampai tiga bulan nelayan Desa Gumeng tidak bisa melaut karena sungai surut, dan sudah ada sekitar 10 tahun lebih sungai desa kami tidak dinormalisasi, panjang sungai yang membutuhkan normalisasi sekitar 1.700 sampai 2.000 meter," ujarnya.
Pihaknya pun berharap ada perhatian dan kepedulian pemerintah memberikan solusi terutama terkait normalisasi sungai. Agar warga yang berprofesi sebagai nelayan bisa tetap melaut meski di musim kemarau.
"Sebab kondisi ini, jika memaksakan kehendak, mereka terpaksa harus mendorong perahu agar bisa melaut. Otomatis, itu pun akan menambah biaya para nelayan," pungkasnya.
(dpe/iwd)