Mahasiswa UB Tertarik Teliti Pesugihan Gunung Kawi gegara Tumbal

Mahasiswa UB Tertarik Teliti Pesugihan Gunung Kawi gegara Tumbal

Muhammad Aminudin - detikJatim
Sabtu, 07 Okt 2023 16:13 WIB
Tim ekspedisi UB ritual pesugihan Gunung Kawi
Tim ekspedisi UB ritual pesugihan Gunung Kawi (Foto: Dokumen mahasiswa UB)
Malang -

Lima mahasiswa dari Universitas Brawijaya (UB) meneliti praktik pesugihan Gunung Kawi. Awalnya, mereka tertarik dengan rumor adanya tumbal sebagai syarat dalam ritual pesugihan.

Kelima mahasiswa UB itu adalah Muhammad Harun Rasyid Al Habsyi, Zulfikar Dabby Anwar, Suntari Nur Cahyani, Anggi Zahwa Romadhoni dan Andini Laily Putri. Mereka berasal dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan dosen pembimbing Ibu Destyana Ellingga Pratiwi, SP., MP., MBA.

Lima mahasiswa ini berupaya mengungkap keterkaitan antara praktik mistisisme di Gunung Kawi dengan gangguan mental, khususnya skizofrenia psikosis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih jauh, penelitian oleh tim dengan nama Artha Kawi ini dilakukan untuk membuka wawasan masyarakat Indonesia soal topik yang selama ini dianggap tabu.

Gunung Kawi sendiri terletak di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. Dibutuhkan waktu setidaknya 1,5 sampai 2 jam berkendara dari pusat Kota Malang menuju Gunung Kawi yang berada di ketinggian 2.551 mdpl itu.

ADVERTISEMENT

Salah satu tim ekspedisi Artha Kawi, Muhammad Harun Rasyid Al Habsyi mengaku penelitian ini berawal dari ketertarikan desas-desus adanya praktik pesugihan di kawasan Gunung Kawi.

Dari informasi awal yang diperoleh, bahwa praktik ritual pesugihan membutuhkan syarat khusus, yakni permintaan adanya tumbal.

"Berdasarkan artikel-artikel yang ada di internet, beberapa menyebutkan bahwa dalam praktik pesugihan tersebut terdapat syarat khusus yang dikenal dengan adanya tumbal," ujar Harun saat berbincang dengan detikJatim, Sabtu (7/10/2023).

Dari situ, kemudian para mahasiswa tergerak untuk meneliti lebih dalam terkait kebenaran praktik pesugihan tersebut. Apalagi sampai harus mengorbankan orang di sekitarnya.

"Dari situ kami merasa penasaran terhadap kebenarannya, terutama terhadap kondisi pelaku pesugihan apabila harus mengorbankan orang di sekitarnya," beber mahasiswa Prodi Pertanian Fakultas Kehutanan UB ini.

Harun menambahkan penelitian dilakukan untuk mengungkap dugaan apakah pelaku ritual memiliki kekhawatiran akan syarat tumbal yang diberikan.

Sehingga, mengalami kecenderungan mental disorder, suatu jenis gangguan mental atau jiwa, adalah kondisi kesehatan yang memengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati atau kombinasi diantaranya.

"Kami menduga bahwa pelaku pesugihan akan merasa hidupnya tidak tenang, sehingga mengalami kecenderungan mental disorder," terangnya.

Dalam penelitiannya, tim mahasiswa melakukan wawancara dengan sejumlah informan terpilih yang memiliki pengalaman terkait ritual, khususnya di kawasan keraton Gunung Kawi.

Hasil penelitian mengungkap bahwa banyak dari mereka melaporkan pengalaman 'tidak biasa' seperti mendengar suara atau melihat sosok yang tidak dapat dilihat oleh orang lain.

Sementara itu, peneliti masih terus menganalisis data yang diperoleh, temuan awal menunjukkan keterkaitan yang signifikan antara ritual pesugihan Gunung Kawi dan kondisi psikologis pelakunya.

"Dari beberapa informan yang diwawancarai belum dapat divalidasi untuk adanya tumbal manusia," pungkasnya.




(hil/iwd)


Hide Ads