Psikolog Sebut Sumber Masalah Pelaku Bully Berasal dari Rumah

Psikolog Sebut Sumber Masalah Pelaku Bully Berasal dari Rumah

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 05 Okt 2023 05:00 WIB
Ilustrasi Anak Menjadi Korban Bully
Foto: iStock
Surabaya -

Kasus bullying yang semakin marak terjadi tak hanya dilakukan oleh remaja, tetapi anak-anak juga. Psikolog menyebut sumber permasalahan sehingga menjadi pelaku bullying berasal dari dalam rumah sendiri.

Psikolog, Praktisi Perlindungan Perempuan dan Anak Jatim Riza Wahyuni SPsi MSi mengatakan fenomena bullying ini juga bisa dari media sosial karena terus ditayangkan. Sehingga mudah dilihat oleh anak-anak dan bisa ditiru dan banyak anak yang rentan mengalami depresi.

Dengan banyaknya kasus bullying, kerap menimbulkan pertanyaan tentang siapa yang perlu disalahkan. Jawabannya adalah rumah, sumber masalah yang datang dari rumah, seperti cara pola asuh yang salah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau bicara bullying sebenarnya anak melakukan bullying, sumber masalahnya selalu dari rumah. Di mana anak bisa saja mengalami kekerasan dalam rumah, broken home, anak yang orang tua tidak memiliki komunikasi yang baik di dalam keluarga," kata Riza saat dihubungi detikJatim, Rabu (4/10/2023).

Praktisi psikolog klinis dan forensik Surabaya ini menjelaskan ketika anak tidak mendapatkan kenyamanan hingga keamanan di rumah bisa menimbulkan kemarahan dan, kecewa anak. Sehingga tidak bisa diungkapkan di dalam keluarganya dan mereka akan menunjukkan dengan perilaku yang tidak disenangi oleh orang dewasa.

ADVERTISEMENT

"Salah satu perilakunya adalah melakukan kekerasan terhadap temannya atau yang kita kenal dengan bullying. Itu yang sering terjadi kepada mereka," ujarnya.

Rasa tidak nyaman yang dimiliki pelaku bullying didapat di rumah. Pelaku bullying lalu membentuk kelompok dan bersama-sama melakukan pelampiasan emosi kepada teman-teman seusianya. Korban dari bullying sendiri adalah anak-anak yang lemah, anak yang sedang tidak baik-baik saja, atau anak yang memiliki prestasi.

Riza menyebut pelaku bullying dilakukan oleh anak-anak usia mulai 9 tahun ke atas. Sedangkan anak-anak usia di bawah 9 tahun cenderung dinilai usil dan tidak termasuk perundungan.

"Bagaimana anak yang di bawah usia itu? Anak-anak di bawah usia itu tidak paham dengan apa itu bullying, apa itu kekerasan. Rata-rata pada perilaku usil. Tapi usia di bawah 9 tahun biasanya usil, membentuk hubungan sosialnya itu adalah dengan salah satunya usil, selama orang tua di rumahnya tidak bermasalah, tidak punya problem di dalam pengasuhan," jelasnya.

Akan tetapi, lanjut Riza, bila perundungan itu terjadi karena masalah dalam pengasuhan atau hubungan keluarga, maka yang dia lakukan adalah pengungkapan rasa marah terhadap temannya. Semua anak-anak yang melakukan hal tersebut, wajib untuk mendapatkan perlindungan.

"Wajib kita melakukan pemulihan psikologi, agar mereka bisa kembali sehat secara mental, sehingga bisa menjalankan kehidupannya sehari-hari. Makanya kita melakukan identifikasi sejak awal sebagai antisipasi terjadinya sesuatu hal terhadap anak-anak kita," pungkasnya.




(esw/iwd)


Hide Ads