Bojonegaro Panas dan Sumuk Beberapa Hari Terakhir, Begini Penjelasan BMKG

Bojonegaro Panas dan Sumuk Beberapa Hari Terakhir, Begini Penjelasan BMKG

Ainur Rofiq - detikJatim
Rabu, 04 Okt 2023 16:38 WIB
Jalanan kota Bojonegoro yang panas.
Cuaca terik di jalanan Bojonegoro. (Foto: Ainur Rofiq/detikJatim)
Bojonegoro -

Matahari yang terik disertai suhu udara tinggi terjadi di wilayah Bojonegoro selama beberapa hari terakhir dengan rata-rata suhu udara antara 24-33 derajat celsius. Suhu udara maksimum harian di Bojonegoro berdasarkan catatan BMKG mencapai 36,4 derajat celsius pada 1 dan 2 Oktober 2023.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tuban menegaskan bahwa kondisi ini ternyata terjadi di sejumlah wilayah lainnya, tidak hanya di Bojonegoro.

Sebelumnya data hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum terukur selama periode tanggal 22-29 September 2023 di beberapa wilayah Indonesia terjadi cukup tinggi dengan kisaran suhu antara 35-38 derajat celsius pada siang hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini kita masih di musim kemarau, di mana musim kemarau tahun ini disertai adanya fenomena El Nino dan juga fenomena IOD positif (Indian Ocean Dipole Positif), di mana keduanya saling menguatkan menyebabkan massa udara lebih kering dan panas," ujar Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Tuban, Zem Irianto kepada detikJatim, Rabu (4/10/2023).

Zem menambahkan bahwa fenomena El Nino dengan level moderat ini diperkirakan terjadi hingga akhir tahun. Sedangkan IOD positif diperkirakan terjadi hingga November 2023 ini.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut dia menjelaskan, adanya pergerakan deklinasi matahari di wilayah Belahan Bumi Selatan (BBS) pada Oktober ini akan menebarkan Radiasi Puncak Atmosfer (Ho) maksimum.

Keadaan inilah yang secara langsung akan mengakibatkan penerimaan radiasi matahari di permukaan bumi cukup besar dan tutupan awan juga sangat sedikit, sehingga secara langsung akan mengakibatkan suhu udara relatif panas karena radiasi langsung jatuh ke permukaan bumi.

Sedangkan perihal kenapa harus Bojonegoro dan Lamongan yang lebih panas dibandingkan daerah lain di Jawa Timur? Dia menerangkan bahwa itu terjadi karena beberapa faktor. Yakni wilayah tutupan lahan atau sebaran awan.

Suhu maksimum di Bojonegoro.Suhu maksimum di Bojonegoro. (Foto: Istimewa/BMKG Tuban)

"Dari segi tutupan lahan bisa diperhatikan bahwa AAWS lamongan dan Bojonegoro berada di perkotaan di mana wilayah ini punya banyak bangunan, aspal, dan sangat sedikit lahan terbuka. Ini menyebabkan energi matahari diserap lebih banyak. Berbeda dengan wilayah yang banyak hutan, sawah, kebun, dan pohon-pohon (vegetasi) yang cenderung banyak memantulkan energi panas kembali ke angkasa atau sedikit menyerap panas," kata Zem.

Dilihat dari segi sebaran awan yang berperan sebagai penghalang masuknya sinar matahari, pada 1 dan 2 Oktober kemarin terlihat dari radar dan satelit cuaca BMKG bahwa lokasi AAWS Bojonegoro dan Lamongan sangat cerah atau dengan jumlah awan yang sangat sedikit.

Akibatnya radiasi atau cahaya matahari langsung masuk ke wilayah ini tanpa ada penghalang sehingga menyebabkan suhu udaranya lebih tinggi (panas). Berdasarkan gerak semu matahari pada Oktober posisi matahari berada di atas pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (kulminasi atas). Hal itu akan mempengaruhi suhu di wilayah setempat karena radiasi yang diterima akan sangat intens (maksimum).

Sementara itu, adanya hujan di tengah kemarau yang juga terjadi di sebagian wilayah Bojonegoro sejak sore hingga malam hari kemarin, menurut Zem hal itu merupakan hujan yang disebabkan oleh faktor lokal. Terlihat dari radar cuaca BMKG bahwa sebaran awan hujan tidak luas. Hanya sebagian kecil di wilayah Bojonegoro saja.

Hujan yang disebabkan oleh faktor lokal itu biasanya memiliki awan dengan ukuran yang kecil. Faktor lokal yang menyebabkan hujan itu adalah kondisi stabilitas udaranya.

Dalam ilmu meteorologi, semakin labil kondisi udara suatu wilayah maka semakin tinggi potensi pembentukan awan-awan hujan. Pada 3 oktober 2023 terlihat dari data stabilitas udara bahwa wilayah Bojonegoro memiliki nilai konvektifitas 30-33 di saat wilayah lain hanya bernilai 28-30.

Ketidakstabilan udara di Bojonegoro juga terlihat dari indeks showalter yang berada pada kisaran 1-0. Jika nilai showalter lebih kecil dari 3 maka potensi pembentukan awan-awan hujan semakin tinggi.

"Maka dari nilai liabilitas udara di atas dapat disimpulkan bahwa udara di Bojonegoro pada 3 Oktober 2023 sedang tidak stabil dan mengakibatkan tumbuhnya awan hujan di Bojonegoro," ujar Zem.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads