Saat musim kemarau tiba, trenggiling memilih turun gunung dan menuju rumah warga di Desa Sahang, Kecamatan Ngebel, Ponorogo. Hewan langka itu diduga kelaparan dan diserang hewan lain.
Salah satunya yang ditemukan di rumah warga bernama Pujo Suryono. Hewan bernama latin Manis javanica itu tampak mengalami luka di bagian ekor.
"Tanggal 28 September malam, saya duduk di teras. Ada bunyi kresek-kresek. Terus saya lihat ternyata trenggiling, akhirnya saya amankan," terang Pujo kepada wartawan, Sabtu (30/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh Pujo, hewan berbobot 2 kg dengan panjang 60 cm itu kemudian ditaruh di dalam kandang dan diberi makan. Pujo khawatir jika tidak dikandang, nanti jadi sasaran anjing hutan maupun hewan pemangsa lain.
Pujo menambahkan warga sekitar setidaknya telah mengamankan 3 hewan yang dilindungi menurut Undang-undang (UU) No 5 Tahun 1990 itu.
![]() |
"Dugaannya karena musim kemarau kekurangan pakan, sama diserang hewan lain makanya turun ke rumah-rumah warga," jelas Pujo.
Menurut Pujo, hewan mamalia pemakan serangga itu memang masih ada di sekitar hutan lereng Gunung Wilis. Namun, jumlahnya tidak banyak.
Menurut Pujo, hewan mamalia pemakan serangga itu memang masih ada di sekitar hutan lereng Gunung Wilis. Namun, jumlahnya tidak banyak.
"Penangkapan pertama dilepas ke hutan, terus ada yang menangkap kedua diambil BKSDA, terus ini di rumah saya penangkapan ketiga. Rencananya mau saya lepas lagi ke hutan," imbuhnya.
Pujo dan warga sekitar meyakini mitos kalau hewan trenggiling tidak boleh ditangkap dan harus dikembalikan ke hutan. Karena kondisinya sehat dan aktif, Pujo pun memilih melepas liar trenggiling itu ke hutan.
"Trenggiling kalau di sini tidak boleh diganggu mitosnya," pungkas Pujo.
(irb/fat)