Pengakuan mantan guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Pamekasan Mohammad Arif dimutasi usai memprotes kebijakan toilet sekolah berbayar viral. Kepala MAN 1 membantah dia yang mengusulkan mutasi.
Arif memprotes kebijakan siswa wajib bayar toilet Rp 500. Dalam pernyataannya yang viral usai diunggah di salah satu akun YouTube, Arif menyebutkan setelah protes itu tiba-tiba dia menerima surat keputusan mutasi dari Kanwil Kemenag.
"Saya sepulang umrah tiba-tiba dapat surat keputusan mutasi. Kok bisa seperti itu? Kan saya nggak pernah minta, sayang nggak pernah usul," ujar Arif dalam video viral, Jumat (22/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arif mengeklaim bahwa SK Mutasi dirinya disetujui Kepala MAN 1 Pamekasan No'man Afandi dan ditandatangani Kakanwil Kementerian Agama. Melalui SK itu Arif dimutasi ke sekolah Miftahul Sudur, di Kecamatan Proppo.
No'man selaku Kepala MAN 1 Pamekasan membantah bahwa dirinya mengusulkan mutasi Mohammad Arif. Dia menegaskan bahwa mutasi itu bukan kewenangannya.
"Soal mutasi silakan ke Kemenag. Di sini wilayahnya Kemenag. Masalah mutasi itu wewenang Kemenag, kami hanya pelaksana. Catatan kecil dari kami, dalam organisasi itu mutasi hal yang biasa, tidak perlu diperankan," katanya.
Sebelumnya, No'man menjelaskan bahwa toilet berbayar Rp 500 itu hanya diterapkan untuk toilet siswa laki-laki karena sejak menjadi Kepala MA pada 2018 dia melihat toilet itu perlu dibenahi.
No'man pun mengeklaim bahwa kamar mandi sekolah itu kerap disalahgunakan siswa. Sering menjadi tempat siswa untuk merokok, bahkan bak kamar mandi itu dikencingi.
"Dalam rangka pembelajaran dan pembentukan karakter, kami terapkan untuk sementara kamar mandi laki-laki itu berbayar Rp 500. Alhamdulillah setelah itu anak-anak menjadi tertib, tidak menjadikan kamar mandi untuk tempat berlindung (sembunyi)," ujarnya.
Dia tegaskan kebijakan itu hanya berlaku 3 pekan pada 2018. Sedangkan uang yang telah terkumpul dari kebijakan bayar toilet sekali masuk dari siswa laki-laki itu, No'man mengeklaim seluruhnya diserahkan ke masjid.
"Uangnya kami serahkan ke masjid supaya menjadi amal jariah para siswa ini. Jadi kami tidak ada kepentingan apa-apa selain untuk melakukan pembentukan karakter. Supaya kebiasaan buruk mereka itu tidak diulangi lagi," kata No'man.
(dpe/fat)