Contoh Khotbah Sholat Istisqa Minta Hujan dan Tata Caranya

Contoh Khotbah Sholat Istisqa Minta Hujan dan Tata Caranya

Savira Oktavia - detikJatim
Rabu, 13 Sep 2023 16:01 WIB
warga lamongan salat istisqo di bengawan solo yang kering
Warga Lamongan salat Istisqo di Bengawan Solo yang kering/Foto: Eko Sudjarwo
Surabaya -

Sholat Istisqa merupakan sholat memohon hujan. Dalam sholat Istisqa ada khotbah yang disampaikan, berikut ini contohnya.

Musim kemarau tahun ini sudah berdampak kekeringan hingga kebakaran hutan. Umat Islam bisa menggelar sholat Istisqa sesuai anjuran Nabi Muhammad SAW, sebagai bentuk permohonan kepada Allah SWT agar diturunkan air hujan.

Sholat Istisqa dilakukan secara berjemaah sebanyak dua rakaat. Tata cara pelaksanaannya sama seperti sholat Id.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yang membedakan sholat Istisqa dengan sholat Id yakni waktu khotbah, pembacaan takbir, dan arah khotib pada khotbah kedua.

Sebelum sholat Istisqa, ada proses yang harus dilakukan. Berikut uraiannya seperti dikutip dari situs resmi Nahdlatul Ulama (NU).

ADVERTISEMENT

Yang pertama, imam mengajak masyarakat untuk bertobat, memperbanyak istigfar, bersedekah, menghentikan maksiat dan kezaliman. Kedua, dianjurkan berpuasa selama tiga hari sebelum sholat Istisqa.

Setelah berpuasa, menuju lapangan untuk sholat Istisqa dengan menggunakan pakaian reguler. Atau pakaian yang dipakai bekerja setiap hari, bukan pakaian bagus.

Orang tua, anak kecil, serta orang-orang yang lemah secara fisik juga dibawa serta untuk ikut sholat Istisqa. Bagi yang mempunyai ternak, dianjurkan membawa serta ternaknya ke tempat sholat. Namun ditempatkan di tempat yang sekiranya tidak mengganggu jemaah.

In this aerial view, Muslims perform the 'rain prayer' (salat al esteka), inside a stadium in the Syrian rebel-held northwestern city of Idlib, on March 10, 2023. (Photo by Omar HAJ KADOUR / AFP) (Photo by OMAR HAJ KADOUR/AFP via Getty Images)In this aerial view, Muslims perform the 'rain prayer' (salat al esteka), inside a stadium in the Syrian rebel-held northwestern city of Idlib, on March 10, 2023. (Photo by Omar HAJ KADOUR / AFP) (Photo by OMAR HAJ KADOUR/AFP via Getty Images) Foto: Omar Haj Kadour/AFP/Getty Images

Tata Cara Sholat Istisqa Minta Hujan

Dalam situs resmi NU juga diterangkan tata cara sholat Istisqa. Berikut uraiannya:

1. Sholat dua rakaat dengan niat

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الاِسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا /إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى

Artinya: Aku berniat sholat sunah minta hujan dua rakaat sebagai makmum (atau imam), karena Allah SWT.

2. Pada rakaat pertama, takbir tujuh kali sebelum membaca Surat Al-Fatihah.

3. Pada rakaat kedua, takbir lima kali sebelum membaca Surat Al-Fatihah.

4. Khotbah boleh dilakukan sebelum sholat. Tetapi sebaiknya dilakukan setelah sholat seperti sholat Id.

5. Pada khotbah pertama, khotib membaca istigfar sembilan kali di awal. Pada khotbah kedua membaca istigfar tujuh kali. Bacaan istigfarnya seperti berikut ini

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ

6. Khotib memperbanyak bacaan doa dan istigfar dalam khotbah. Bacaan imbauan beristigfar yang sebaiknya diulang adalah:

اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا . يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا

7. Ketika khotib berdoa, makmum mengangkat tangan sambil mengucap amin.

8. Pada dua pertiga khotbah kedua, khotib disunahkan menghadap kiblat, lalu membalik posisi serban dari bahu kanan ke bahu kiri dengan posisi terbalik. Bagian bawah diletakkan di atas dan bagian dalam diletakkan di luar. Setelah itu kembali meneruskan khotbah.

Khotbah Sholat Istisq

Contoh khotbah Sholat Istisqa di bawah ini disusun oleh Ustadz Abdul Wahab Ahmad, Wakil Katib PCNU Jember dan Peneliti Bidang Aqidah di Aswaja NU Center Jawa Timur

Khutbah I


سْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ الذي لاَ اله اِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَـيُّومُ وَاَتُوْبُ اِلَيْه
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِّقَوْمٍ يَسْمَعُونَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ الله أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ.

Hadirin sekalian, saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada para hadirin sekalian, marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

Para hadirin, sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala adalah Dzat yang Maha Pemurah, Maha Pengasih dan Maha Penyayang sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya:

إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

Artinya: Sesungguhnya Allah Maha Penyayang terhadap kalian. (QS al-Isra: 66).

Dan, berulang kali dalam Al-Qur'an dinyatakan bahwa Allah Maha-Rahman dan Maha-Rahim. Ini semua adalah garansi dari Allah bahwa Allah akan memberikan aneka nikmat pada para hambanya yang dikehendaki dengan berbagai kenikmatan yang tak mungkin bisa dihitung jumlahnya, seperti dinyatakah dalam Al-Qur'an:

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

Artinya: Kalau kalian menghitung nikmat-nikmat Allah, maka kalian tak mungkin bisa menuntaskannya. (QS Ibrahim: 34).

Akan tetapi, mengapa kita lihat banyak sekali orang-orang yang ditimpakan kesengsaraan? Mengapa kita lihat di sekeliling kita banyak yang tertimpa musibah? Dan mengapa saat ini kita tidak mendapat hujan yang biasanya telah membasahi bumi kita, mengairi sungai-sungai kita, menjadi minuman bagi tanaman, ternak dan kita sendiri? Untuk menjawabnya, marilah kita ingat firman Allah subhanahu wa ta'ala berikut ini:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya: (Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS al-Anfal: 53).

Ayat di atas menjelaskan pada dasarnya Allah Maha Pemurah dan Penyayang, sehingga senantiasa memberikan aneka nikmatnya kepada para hambanya. Namun demikian, Apabila kemudian hamba-hamba tersebut mendustakan nikmat-Nya, melakukan berbagai maksiat, melakukan aneka kezaliman yang kesemuanya dilarang Allah, maka saat itulah Allah kemudian berubah dari asalnya memberi nikmat berubah menjadi memberi hukuman.

Bukan Allah yang berubah menjadi tidak penyayang, tetapi manusia itu sendirilah yang berubah menjadi sosok yang tak layak disayangi lagi. Akhirnya, sesuai firman tersebut, Allah akan memberikan beragam kesulitan dan kesengsaraan kepada manusia. Karena itulah, marilah senantiasa kita bertobat kepada Allah.

اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا . يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا

Mengenai air hujan, Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Umar bahwasanya Rasulullah bersabda:

يَا مَعْشَرَ المُهَاجِرِيْنَ خَمْسٌ إِذَا ابْتَلَيْتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوْذُ بِاللهِ أَنْ تُدْرِكُوْهُنَّ وَلَمْ يَمْنَعُوْا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلا مُنِعُوْا القَطْرَ مِنَ السَّمَآءِ وَلَوْ لا البَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوْا

Artinya: Wahai kaum Muhajirin! Ada 5 perkara di mana jika telah menimpa kalian maka tiada lagi kebaikan bagi kalian. Dan aku berlindung dengan Allah SWT agar kalian tidak menemui zaman itu. Di antara lima hal itu: Dan tidaklah mereka menahan zakat mal melainkan ditahan juga air hujan dari langit untuk mereka. Jika seandainya bukan karena binatang yang hidup di muka bumi ini niscaya tidak diturunkan hujan. (HR Ibnu Majah)

Dalam hadis di atas disebutkan orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat mal menjadi salah satu penyebab air hujan ditahan untuk turun. Artinya kemaksiatan yang kita lakukan berupa menahan hak-hak kaum fakir miskin akan berbalik efek buruknya pada masyarakat sendiri. Ketika kita tak lagi peduli dengan orang sekitar, maka Allah tak lagi peduli dengan kita. Sebagaimana disebutkan dalam suatu hadis:

وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

Artinya: Allah akan selalu menolong seorang hamba, selama hamba tersebut menolong saudaranya. (HR. Muslim)

Karena itulah, mari kita tunaikan kewajiban zakat kita, kita tingkatkan kadar sedekah kita, kita saling bantu meringankan beban orang-orang yang tidak mampu. Dengan begitu, kita bisa berharap agar kemarau ini terangkat dan hujan segera turun kembali. Dan terakhir yang paling penting, marilah kita perbanyak membaca istigfar, memohon ampun atas dosa-dosa dan kesalahan yang telah kita buat, baik disengaja atau tidak. Itulah di antara hal yang dapat membuat Allah menganugerahkan hujan pada manusia. Allah berfirman:

اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا * يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا

Artinya: Mohonlah ampun kepada Tuhan kalian, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. (QS. Nuh: 10-11).

Dengan istighfar yang sungguh-sungguh, dengan tobat yang nasuhah, insyaallah dosa kita akan diampuni dan pada akhirnya berbagai nikmat Allah, salah satunya adalah hujan kembali lagi kita dapat.

اللَّهُمَّ اسْقِنَا وَأَغِثْنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا هَنِيئًا وَحَيًا رَبِيعًا وَحَنًا طَبَقًا غَدَقًا مُغْدِقًا عَامًّا هَنِيًّا مَرِيًّا مَرِيعًا مَرْتَعًا وَابِلًا شَامِلًا مُسْبِلًا مُجَلِّلًا دَائِمًا دَرَرًا نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ عَاجِلًا غَيْرَ رَايِثٍ، غَيْثًا اللَّهُمَّ تُحْيِي بِهِ الْبِلَادَ، وَتُغِيثُ بِهِ الْعِبَادَ، وَتَجْعَلُهُ بَلَاغًا لِلْحَاضِرِ مِنَّا وَالْبَادِ، اللَّهُمَّ أَنْزِلْ فِي أَرْضِنَا زِينَتَهَا، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا فِي أَرْضِنَا سَكَنَهَا، اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا تُحْيِي بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَاسْقِهِ مِمَّا خَلَقْتَ أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا. اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا. اللَّهُمَّ عَلَى رُءُوسِ الظِّرَابِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَظُهُورِ الْآكَامِ. آمين يا رب العالمين

Khutbah II

اَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ الذي لاَ اله اِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَـيُّومُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ (٧x
الحمد للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

waktu membalik serban dengan menghadap kiblat

اللهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْيَا رَحْمَةٍ، وَلاَ تَجْعَلْهَا سُقْيَا عَذَابٍ، وَلاَ مَحْقٍ، وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدْمٍ، وَلاَ غَرقٍ؛ اللهُمَّ عَلَى الظِّرَابِ وَالآكَامِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ، وبُطُونِ الأَوْدِيَةِ؛ اللهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اللهُمَّ اسْقِنا غَيْثًا مُغيثًا، مَرِيئًا مَرِيعًا، سَحَّا عَامًّا، غَدَقًا طَبَقًا، مُجَلِّلاً دَائِمًا إلَى يَوْمِ الدِّينِ؛ اللهُمَّ اسْقِنَا الغَيْثَ، وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ؛ اللهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالبِلاَدِ مِنَ الْجُهْدِ وَالْجُوعِ وَالضَّنْكِ مَا لاَ نَشْكُو إِلاَّ إِلَيكَ؛ اللهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ، وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ؛ اللهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ، إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا. آمين يا رب العالمين

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sun/fat)


Hide Ads