Air sumur berubah menjadi 'Pertalite' terjadi di Kelurahan Tempurejo, Pesantren, Kota Kediri. Sebanyak 14 sumur warga tercemar sejak awal Agustus 2023.
Sumur warga mengeluarkan bau menyerupai bahan bakar minyak. Tak hanya itu, air sumur terasa licin dan berwarna keruh hingga hitam.
DLHKP dan Dinas Kesehatan Kota Kediri didampingi Polres Kediri turun tangan mengambil sampel air. Hal tersebut untuk mengetahui penyebab pencemaran sumber air sumur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fakta-fakta soal Sumur Warga Kediri Berubah Jadi 'Pertalite'
1. Air Sumur Kental dan Mirip Pertalite
Warga RT 005/RW 002 bernama Sulastri mengatakan air sumur miliknya berubah warna dan berbau sejak Agustus, dan semakin hari kian memburuk kondisinya. Ia menyebut air sumur semakin keruh dan mengental di bagian permukaan.
"Saya juga mencium bau air yang menyengat serupa bau minyak. Saya tidak mau menuduh, tapi baunya ya seperti itu, seperti minyak," katanya, Sabtu (9/9/2023).
Ketua RT 005/RW 002 Abdulloh Mubarok bahkan menyebut bau air sumur mirip Pertalite. Air sumur miliknya juga sudah berubah sejak sebulan terakhir.
"Baunya seperti BBM Pertalite. Berminyak dan lengket," kata Mubarok.
![]() |
2. Air Sumur Bisa Dibakar
Tak hanya berminyak dan lengket, air sumur warga Tempurejo juga mengeluarkan api saat disulut api. Hal ini diduga karena bau air sumur yang menyerupai Pertalite.
Mubarok pun mempraktikkannya. Sebotol air yang diambil dari sumur dituang ke piring seng. Kemudian air disulut dengan korek api. Dan benar saja, air dalam piring itu terbakar.
"Benar kan, terbakar," kata Mubarok kepada wartawan.
Sulastri pun menduga air sumur tercemar BBM. Bukan tanpa alasan, air sumurnya berubah menjadi seperti minyak. Airnya sangat kental, pekat berwarna hitam, berbau menyengat seperti bau minyak bahan bakar.
"Saya tidak mau menuduh tapi baunya ya seperti itu, seperti minyak," kata Sulastri.
3. Pemkot dan ITS Teliti Air Sumur
Pemkot Kediri melalui DLHKP dan Dinas Kesehatan telah mengambil sampel air sumur. Pengambilan sampel dilakukan bersama peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Sampel air sumur diambil dari rumah warga RT 005/RW 002 Kelurahan Tempurejo. Uji laboratorium yang lebih lengkap akan dilakukan peneliti ITS untuk mendalami penyebab pasti pencemaran tersebut.
"Sudah diambil sampel oleh ITS bersama tim DLHKP, Dinas Kesehatan Kota Kediri. Ini bertujuan mendalami pencemaran air," kata Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar.
ITS telah mengambil sampel air pada Jumat (9/9/2023). Dan, Sabtu kemarin Wali Kota kembali menugaskan Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan Kota Kediri bersama Polres Kediri Kota mengambil sampel air sumur.
Pengambilan sampel kembali dilakukan karena kondisi belasan air sumur warga semakin mengalami penurunan, yakni semakin keruh dan bau BBM kian menyengat. Menurut Abdullah, kondisi air saat ini semakin kental dari sebelumnya, sehingga semakin terlihat pencemarannya.
"Ini sudah terjawab sekarang pencemaran, semakin kental, semakin kentara. Nanti dilihat zat di dalamnya apa, lalu akan dicari sumber ininya (pencemaran) di mana. Apakah benar di belakang, di depan, atau di mana," katanya.
"Saya meyakini, tapi saya bukan ahli, bisa jadi tumpahan ini, pencemaran ini terjadi sudah lama, makanya sudah ke mana-mana. Tapi untuk memastikan butuh ahlinya, orang-orang di ITS yang sudah bekerja sama dengan kami," imbuh Abdullah.
![]() |
4. Operasional SPBU Terancam Dihentikan
Abdullah tak ingin berspekulasi terkait penyebab pencemaran diduga kuat karena BBM. Namun, jika benar dugaannya dari SPBU di sekitar lingkungan, maka ia akan menghentikan operasional dan meminta pengelola melakukan perbaikan.
"Sementara ini kami belum tahu apakah dari sana, dari sana, masih praduga. Nah, dugaannya bisa dari SPBU, dari galian, bisa dari mana-mana. Nah, minggu depan akan kami cek bersama ITS. Kalau memang dari SPBU, ya SPBU-nya ditutup, diperbaiki sampai beres, baru dia boleh operasional lagi," pungkasnya.
Saat ini warga hanya mengandalkan air kiriman dari DLHKP dan PDAM Kota Kediri setiap pagi dan sore. Ada 10 tandon isi 400 liter dan 4 tandon berisi 200 liter.
Warga juga sempat mendapatkan bantuan air galon dari SPBU di sekitar lokasi. Namun, bantuan tiba-tiba dihentikan tanpa keterangan.
"Detik kemarin itu sudah dihentikan," terang Mubarok.
(irb/sun)