Ada 3 nama bacawapres Prabowo Subianto yang dibocorkan oleh Ketum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra. Selain Yusril sendiri, dua nama lainnya yakni Airlangga Hartarto dan Erick Thohir.
Lantas, siapa yang paling berpeluang dipilih Prabowo? Lalu, apakah nama pendamping Prabowo itu bisa mendongkrak suara, terutama di Jatim?
Pengamat Politik Universitas Brawijaya (UB) Malang Assoc. Prof Anang Sujoko menyebut, ada tiga aspek penting dalam mengukur peluang nama-nama cawapres Prabowo yang disebut Yusril tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tolak ukur pertama, logistik. Kalau dari tiga itu yang punya kekuatan logistik Airlangga dan Erick," kata Anang kepada detikJatim, Senin (4/9/2023).
Anang kemudian bicara soal elektabilitas. Di faktor elektabilitas, Erick unggul dari Airlangga Hartarto dan juga Yusril Ihza Mahendra.
"Setelah bicara elektabilitas, kita bicara soal kekuatan politik. Di sini tentu Airlangga punya kekuatan politik paling tinggi. Sementara Erick kan tidak punya parpol atau nonparpol, jadi kalau posisinya mau cawapres harus disepakati semua partai yang ada di koalisi," jelasnya.
Faktor lainnya yang melengkapi tiga faktor utama itu, lanjut Anang yakni pengalaman dan latar belakang figur cawapres. Di sini, Erick kembali unggul.
"Minus Erick, dia tidak punya partai meski diusulkan PAN. Tapi hal itu juga mempunyai kelebihan bahwa dia bukan kader politik dan lebih diterima di masyarakat luas. Erick kan unggul juga dalam hal pengalaman, latar belakang selama ini, dan itu memperkuat posisi Prabowo," jelasnya.
Nilai plus lain yang dimiliki Erick ialah kedekatan dengan elite PBNU saat ini. Itu bisa menutup kekurangan Prabowo usai ditinggal PKB.
"Ya Erick juga dekat dengan PBNU, meski memang ada penolakan juga dari kader NU karena Erick tidak struktural. Tapi itu bisa diredam saya kira oleh tokoh-tokoh NU. Jadi tidak harus representasi NU dari kultural, selama dia mempunyai kedekatan dan kepentingan bersama, saya kira NU bisa menerima Erick di posisi itu," jelasnya.
"Dan selama ini Erick juga dekat dengan NU. Lebih dekat Erick dibanding Airlangga dan Yusril kalau untuk urusan NU," tambahnya.
Anang menyebut, jika Prabowo memilih Erick sebagai cawapres, maka bisa menambal lubang yang ditinggal PKB. Prabowo bisa meraih ceruk suara NU di Jawa Timur dan Jawa Tengah jika meminang Erick.
"Untuk bisa meraih Jatim yang potensial dengan mayoritas warga Nahdliyin, ya Erick. Ini bisa kita lihat dari kekuatan Airlangga dan Yusril di Jatim yang tidak signifikan," tegasnya.
Anang menilai, kedekatan Erick dan PBNU bisa menguntungkan Prabowo di Pilpres 2024. Apalagi, Erick merupakan Ketua Steering Committee Peringatan Satu Abad NU di Sidoarjo Februari 2023 lalu yang dibanjiri jutaan Nahdliyin.
Namun, Erick juga perlu sowan dan 'mengondisikan' ulama-ulama NU Jatim yang belum sepenuhnya menerima kehadirannya di NU.
"Potensi Erick dapat ceruk Nahdliyin terbuka karena faktor relasi Erick dengan NU. Meski begitu, tidak semua tokoh kultural NU akan ke Erick," sebutnya.
Selanjutnya, tinggal bagaimana Erick diterima parpol-parpol di Koalisi Indonesia Maju. Menurut Anang, diterima atau tidaknya Erick di koalisi tersebut bergantung pada hal transaksional
"Tergantung dari transaksi, sementara kalau lihat Yusril tidak terlalu ngoyoh dan PAN yang getol Erick. Kita lihat internal Golkar sendiri tidak murni sepakat ke arah Airlangga Hartarto. Jadi, menurut saya kemungkinan transaksinya berupa apa agar terjadi deal. Jika deal, maka Erick punya kans lebih bagus dari lainnya," tukasnya.
(hil/dte)