Kebakaran di kawasan Gunung Arjuno disebabkan ulah pemburu liar. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengaku geram dengan hal ini. Ia meminta perburuan liar bisa dihentikan.
"Alam memberikan pelajaran pada kita. Maka apa yang terkonfirmasi kemungkinan adanya perburuan liar, saya mohon, tahun lalu juga begitu, tahun sebelumnya juga begitu. Jadi tolong dijaga alam kita, hutan kita. Perburuan liar ini PR bersama, kasus yang muncul tiap tahun itu berulang lagi, berulang lagi," kata Khofifah, Minggu (3/9/2023).
Khofifah mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi kebakaran. Pemadaman di darat sudah dilakukan sejak awal kebakaran, dan pemadaman lewat udara dengan water bombing mulai dilakukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masyarakat sudah bergantian membuat titik-titik pembatas, jadi diharapkan api tidak melampaui titik pembatas. Tapi kalau kena angin akan melampaui titik pembatas itu," terangnya.
"Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak terutama masyarakat yang membantu melakukan pemadaman," imbuhnya Khofifah.
Selain itu, Khofifah juga mengajak warga untuk salat minta hujan. Hal ini disampaikannya usai memantau kebakaran dari udara dengan helikopter di Posko BNPB Kaliandra, Prigen, Pasuruan.
"Saya di atas tadi berpikir sudah saatnya mungkin kita salat minta hujan. Saya melihat titik api cukup panjang. Saya potret tadi titik api ini kalau tidak ketemu batu dia akan meluas. Angin juga mempercepat api merembet. Sepuluh harian tidak hujan di kawasan Gunung Arjuno," ujar Khofifah.
Data sementara yang dihimpun, 1.200 hektare lahan di kawasan Arjuno terbakar. Meliputi Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Malang; Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Malang; Desa Tambaksari, Kecamatan Purwodadi, Pasuruan; Kelurahan Ledug dan Kelurahan Pecalukan, Kecamatan Prigen, Pasuruan.
Sekadar diketahui, Karhutla di Gunung Arjuno terjadi sejak 7 hari lalu. Kebakaran masuk wilayah Desa Tambaksari, Kecamatan Purwodadi, Pasuruan serta di kawasan Jawa Dwipa dan Cemorosewu. Selain itu, kobaran api juga meluas ke Sawahan Kesek dan Gumandar.
Gabungan petugas, relawan, dan warga melakukan upaya pemadaman dengan cara manual, yakni dengan cara gebyok atau memukulkan ranting pohon ke sumber api. Pemadaman bahkan dilakukan hingga malam hari. Pemadaman dengan helikopter water bombing juga sudah dilakukan.
(hil/fat)