Tim survei Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang telah menuntaskan survei geofisika dengan metode Ground Penetrating Radar (GPR) di lokasi bunyi misterius disertai getaran Desa Moncek Tengah, Kecamatan Lenteng, Sumenep. Apa hasilnya?
Fokus survei yang dilakukan Tim ITN Malang ialah mendapatkan gambaran yang lebih rinci tentang kondisi bawah permukaan tanah di lokasi kejadian serta melengkapi data survei geofisika yang sebelumnya dilakukan BMKG Tretes dengan metode seismograf.
Ada 3 lokasi utama yang menjadi target survei. Lokasi itu meliputi tempat-tempat di mana bunyi dentuman misterius terdengar keras, tempat-tempat dengan ketukan yang samar, dan juga lokasi kontrol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Tim Perancang dan Pelaksana Survei LPPM ITN Malang Ratri Andinisari menyampaikan bahwa hasil interpretasi data GPR mengindikasikan adanya struktur batu gamping tersaturasi dan keberadaan rongga di sepanjang tembok rumah yang berbatasan dengan jalan.
"Struktur ini memiliki kemenerusan hingga area depan toko dengan panjang sekitar 30 meter dan kedalaman 10-13 meter. Area ini merupakan tempat di mana suara ketukan terdengar dan getaran dirasakan," ujar Ratri, Rabu (30/08/2023).
Berdasarkan laporan observasi dari tim survei Stasiun BMKG Pasuruan dan Badan Geologi Kementerian ESDM, kemungkinan besar bunyi dentuman misterius yang membuat warga Desa Moncek Tengah panik dan ketakutan ialah akibat mekanisme water hammer.
Menurut Ratri, batuan gamping berpori memungkinkan adanya rembesan cairan yang kemudian mengakumulasi pada area dengan porositas tinggi. Sehingga aktivitas gempa di sekitar lokasi mengakibatkan perubahan tekanan tiba-tiba di sekitar area akumulasi cairan.
Fenomena tersebut menghasilkan resonansi getaran oleh rongga-rongga di lokasi terdengarnya bunyi misterius disertai getaran tersebut.
"Ini mengakibatkan suara ketukan dan getaran yang terisolasi pada area di permukaan rongga, seperti yang terdengar dan dirasakan di perbatasan rumah dan jalan dan depan toko," katanya.
Keberadaan anomali di lokasi survei cenderung sempit, terlokalisasi, dan tidak terkoneksi satu sama lain.
Area yang diperkirakan sebagai rongga juga tidak menunjukkan gejala adanya amblesan, retakan, dan semacamnya sehingga area ini tetap aman ditinggali kecuali hingga terdapat gejala amblesan.
"Sehubungan hal itu warga direkomendasikan untuk tetap beraktivitas seperti biasa, tetapi tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya amblesan atau longsor," katanya.
Tidak hanya itu, area tempat rongga terdeteksi sebaiknya tidak diberi beban aktivitas berat seperti pembangunan bertingkat atau aktivitas berskala besar.
"Adapun pelatihan mitigasi bencana, terutama untuk bencana longsor dan tanah ambles harus mulai diadakan untuk warga Desa Moncek Tengah," tambah Ratri.
(dpe/dte)