Mendikbudristek Nadiem Makarim mengeluarkan kebijakan baru bahwa skripsi tak lagi menjadi syarat wajib kelulusan mahasiswa S1 atau D4. Institut Tekonologi Sepuluh Nopember (ITS) sudah menerapkan itu sejak beberapa tahun lalu, namun ITS mempertanyakan sesuatu berkaitan kebijakan itu.
ITS mempertanyakan tentang target perguruan tinggi Indonesia untuk masuk dalam daftar Word Class University. Hal itu seperti disampaikan oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof Adi Soeprijanto.
"Ada (dampaknya), sebenarnya perguruan tinggi diminta masuk Word Class University dengan target masuk ranking dunia. Salah satu syarat peringkat dunia adalah komponen publikasi dan komponen jurnal yang masih tinggi," ujar Prof Adi saat dihubungi detikJatim, Rabu (30/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan bahwa kebijakan Nadiem yang mengatakan master dan magister tidak perlu masuk jurnal itu secara otomatis akan membuat publikasi perguruan tinggi berkaitan karya ilmiah para mahasiswa magister hingga doktor akan turun.
"Jika jumlah publikasi turun maka nilai porsi juga akan turun. Padahal jurnal itu salah satu poin penting yang dinilai kalau kita ingin masuk Word Class University," ujarnya.
Prof Adi juga mempertanyakan bagaimana strategi untuk tetap mempertahankan publikasi jika skripsi tidak diwajibkan? Untuk itu pihaknya masih berdiskusi dengan senat dan lainnya untuk menyikapi poin pada target perguruan tinggi Indonesia masuk peringkat dunia.
"Lebih ke arah hilangnya kewajiban di jurnal untuk magister dan doktor yang sedang didiskusikan. Kami diminta, dituntut, target masuk 500 besar ranking misalnya. Itu syaratnya publikasi. Jurnal," jelasnya.
"Publikasi ilmiah perlu, di Word Class University jurnal masih dibutuhkan. Mungkin pemerintah bisa mengupayakan suatu cara, saya tidak tahu apakah ada lanjutan kebijakan permen dan penjelasan bagaimana kewajiban harus menembus peringkat dunia," tambahnya.
Sementara tidak wajibnya skripsi menjadi syarat kelulusan, menurut Prof Adi memang skripsi bukan hal yang wajib. Untuk bisa lulus, bisa menggunakan cara lain, seperti tugas akhir hingga project. ITS pun sudah melakukannya.
"Misalkan vokasi tidak harus skripsi tapi bisa project, DKV lebih banyak seni, kan, susah kalau bentuknya tulisan. Seni kok skripsi, bentuknya pasti karya seni. Kalau jurusan tertentu pakai skripsi malah lebih aneh. Tapi bisa sebuah karya atau project," katanya.
Sebenarnya, kata dia, di ITS masih lebih banyak yang menggunakan skripsi. Pihaknya juga sudah memberlakukan kurikulum baru untuk memberikan beberapa alternatif bentuk tugas akhir.
"Kami sekarang kurikulum baru, sekalian menata bentuk tugas akhir. Memberikan pilihan juga untuk mahasiswa. Sebetulnya masih baru-baru saja, beberapa tahun terakhir kita sudah mulai di kurikulum baru," ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa kurikulum baru itu baru diterapkan pada 2023. Dengan adanya kurikulum baru yang diterapkan maka bentuk-bentuk tugas akhir juga sudah mulai dibedakan.
"Jadi secara umum kami memang tidak kaget dengan (kebijakan) Pak Menteri. Karena sebelum itu kami sudah punya ide ke arah sana," pungkasnya.
*Judul dan isi berita ini mengalami kekeliruan. Narasumber sebelum hari menyebutkan WordPress University, tapi yang dimaksud adalah World Class University.
(dpe/dte)