Sederet Alasan Orang Indonesia Tak Bisa Bahasa Belanda Padahal Dijajah Lama

Kabar Edu

Sederet Alasan Orang Indonesia Tak Bisa Bahasa Belanda Padahal Dijajah Lama

fahri zulfikar - detikJatim
Minggu, 27 Agu 2023 05:00 WIB
Uang Kuno Zaman Penjajahan Belanda
Ilustrasi. Uang Kuno zaman penjajahan Belanda. (Foto: Dok. Kolektor Uang Kuno Anton Max)
Surabaya -

Kenapa orang-orang Indonesia tidak bisa berbicara fasih dengan Bahasa Belanda padahal sudah dijajah lama? Sementara orang-orang Malaysia dan negara lain jajahan Inggris bisa dengan fasih berbicara Bahasa Inggris?

Tidak hanya Malaysia, ada banyak negara yang warganya fasih berbicara bahasa yang digunakan pemerintah kolonialnya dulu. Malaysia dan Singapura fasih berbahasa Inggris, ada juga Timor Leste yang fasih berbahasa Portugis.

Kondisi itu berbeda dengan Indonesia yang tidak diwarisi kefasihan berbahasa asing, terutama oleh bangsa Belanda yang telah menjajah begitu lama. Padahal, pengaruh Bahasa Belanda terkait kata serapan pada bahasa Indonesia tidak sedikit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyak Kata Serapan dari Bahasa Belanda

Sejatinya, bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) sejak dahulu.

ADVERTISEMENT

Sebagaimana dilansir dari detikEdu, Sabtu (26/8/2023), Seiring waktu, bahasa Indonesia kemudian memiliki kata-kata serapan yang masuk melalui empat cara yakni adopsi, adaptasi, penerjemahan dan kreasi.

Beberapa kata yang merupakan serapan dari bahasa Belanda antara lain:

- Apotheek:apotek

- Ananas:nanas

- Fabriek:pabrik

- Handdoek:handuk

- Hengsel:engsel

- Harloge:arloji

- Ingenieur:insinyur

- Kantoor:kantor

- Koelkast:kulkas

- Koppeling:kopling

- Makelaar:makelar

- Waskom-baskom.

Meski banyak kata serapan, tapi kenapa masyarakat Indonesia tidak fasih berbahasa Belanda?

Alasan Orang-orang Indonesia Tak Bisa Bahasa Belanda

Melansir laman CNBC Indonesia, tidak fasihnya orang-orang Indonesia dalam berbahasa Belanda berkaitan dengan corak kolinalisme yang dilakukan bangsa Belanda dahulu.

Peneliti sejarah dari Nanyang Technological University (NTU), Christopher Reinhart mengatakan Belanda di Indonesia dan Inggris di Malaysia memiliki perbedaan corak kolonialisme.

Untuk Inggris, mereka secara sengaja melakukan 'invasi' kultural Barat ke masyarakat Melayu. Hal ini membuat kebudayaan lokal perlahan membaur dengan kebudayaan Barat atau bahkan hingga menghilang.

Faktor ini yang kemudian membuat orang-orang Melayu di Malaysia dan Singapura cukup pandai berbahasa Inggris.

Konoliasme Inggris ini berbeda dengan Belanda yang enggan melakukan invasi budayanya ke Indonesia. Berikut ini alasannya:

1. Menganggap Penduduk Lokal Memiliki Kasta Bawah

Pada era kolonialisme, tidak semua orang Indonesia tidak bisa berbahasa Belanda. Hanya saja, kebanyakan yang bisa berbahasa Belanda adalah orang-orang RI terpelajar dan pejabat.

Kala itu, bangsa Belanda menganggap masyarakat lokal Indonesia memiliki struktur yang berbeda dengan orang Belanda. Orang Belanda disebut berada di kelas paling atas sedangkan penduduk lokal memiliki kasta terbawah.

Bisa dikatakan, dalam perspektif orang Belanda, dengan menyebarkan kebudayaan maka sama saja menganggap penduduk lokal setara secara kultural. Oleh karena itu, Belanda memilih menjaga struktur mereka dan tidak membagikan kebudayaan Belanda ke masyarakat Indonesia.

2. Tujuan Utamanya Adalah Eskploitasi

Menurut Reinhart, bangsa Belanda memandang Indonesia sebagai negara kolonial sehingga mereka hanya meliha perspektif eksploitasi ekonomi dan tidak terlalu perlu menyebarkan kebudayaannya.

Bagi bangsa Belanda, mengeruk keuntungan ekonomi sebanyak mungkin adalah hal yang paling penting.

"Snouck Hurgronje, salah satu pejabat pemerintah kolonial, pernah mengatakan bahwa, 'Masalah kebudayaan tidak usah dipaksa. Biarlah bertumbuh dengan sendirinya, tanpa menghilangkan budaya lokal'," ungkap Reinhart.

Terlihat bagaimana bangsa Belanda mengamil keuntungan secara ekonomi dengan berbagai cara lewat tanam paksa tahun 1839 dan politik etis di tahun 1900-an.

Namun, tidak fokusnya Belanda soal memperkenalkan kebudayaan mereka bukan berarti pribumi tidak boleh mengadopsi budaya barat.

Perlu diketahui, Belanda saat itu sudah memiliki pandangan untuk tidak mau merusak kebudayaan lokal. Terlebih saat masa politik etis diterapkan, pada masa itu menginvasi budaya lain dinilai tidak baik.

Belanda juga tidak tertutup dan memperbolehkan warga Indonesia mempelajari kebudayaan atau bahasa milik mereka. Bahkan pada saat itu, cukup banyak penduduk Indonesia yang mengadopsi kebudayaan Belanda.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads