Habib merupakan gelar yang disematkan kepada kaum laki-laki dengan garis keturunan Nabi Muhammad SAW dari Hadramaut, Yaman. Keistimewaan yang dimiliki para Habib, yang menjadi alasan mengapa mereka dihormati muslim Indonesia.
Dalam catatan Rabithah Alawiyah, terdapat sekitar 1,2 juta orang yang 'berhak' mendapatkan gelar Habib, karena berdasarkan silsilahnya mereka mempunyai nenek moyang yang berasal dari Yaman, khususnya Hadramaut. Oleh karena itu, tidak sembarangan orang dapat menyandang gelar ini.
Jawa Timur memiliki sejumlah Habib terkenal yang hingga kini membawa pengaruh dalam sejarah perkembangan dakwah muslim di Indonesia. Berikut ini uraiannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Habib Terkenal Asal Jawa Timur:
1. Abu Bakar bin Muhammad As-Segaf
Abu Bakar bin Muhammad As-Segaf yang juga dikenal sebagai Habib Abu Bakar Gresik, adalah seorang ulama yang lahir pada 30 Maret 1869 di Situbondo.
Ketika masih berusia 8 tahun, Habib Abu Bakar memutuskan meninggalkan Gresik menuju Hadramaut untuk mendalami ilmu fikih dan tasawuf, serta pembentukan kebiasaan beribadah. Lalu ia kembali dan aktif menyebarkan ilmu agama di sekitar wilayah Gresik.
Habib Abu Bakar wafat pada tanggal 15 Juli 1957 di Gresik. Untuk mengenang perjalanannya sebagai seorang ulama, masyarakat Jawa Timur kerap mengadakan tradisi haul, memperingati hari wafatnya yang bertepatan dengan tanggal 17 Dzulhijjah, di kediamannya di Jalan KH Zubair dan Masjid Jami' Gresik.
2. Al Habib Salim bin Djindan
Al Habib Salim bin Djindan adalah seorang ulama yang lahir di Surabaya pada 7 September 1906, dan wafat pada 1 Juni 1969 di Jakarta. Sejak usia muda, Al Habib Salim bin Djindan aktif melakukan perjalanan ke beberapa tempat untuk menuntut ilmu, dan berdakwah. Serta menjalin hubungan dengan para ulama dan umat Muslim lainnya.
Banyak karya tulis yang dihasilkannya membahas berbagai disiplin ilmu. Mulai dari sejarah Islam di Nusantara, sejarah umum, ilmu nasab, hingga biografi ulama dan tokoh Islam di dunia.
Hingga kini, Al Habib Salim bin Djindan masih dikenang sebagai sosok yang berpengaruh dan menginspirasi bagi umat Islam di berbagai penjuru bumi.
3. Sholeh bin Muhsin al-Hamid Tanggul
Sholeh bin Muhsin al-Hamid atau yang lebih akrab disapa Habib Sholeh Tanggul, merupakan seorang ulama yang menghabiskan masa dakwahnya di wilayah Tanggul, Jember, Jawa Timur. Beliau lahir pada tanggal 17 Jumadil Awal 1896 di Hadramaut, Yaman. Habib Sholeh merupakan keturunan ke-39 dari Rasulullah.
Sejak kecil ia gemar menuntut ilmu di bidang ilmu fikih dan tasawuh. Pada tahun 1921, beliau memutuskan hijrah ke Indonesia. Sempat menetap di Lumajang, Habib Sholeh mempelajari bahasa dan budaya masyarakat Jawa.
Bahkan, beliau menikah dengan warga asli setempat. Mulai menyebarkan dakwahnya dari satu desa ke desa lainnya di Lumajang selama kurang lebih 12 tahun lamanya, sebelum berpindah ke Tanggul.
Habib Sholeh wafat pada tanggal 8 Syawal 1976 di usianya yang menginjak 83 tahun, dan dimakamkan di Masjid Riyadhus Sholihin Tanggul. Hingga kini, masyarakat setempat rutin mengadakan tradisi haul untuk memperingati hari wafatnya pada tanggal 10 Syawal setiap tahunnya.
4. Husein bin Abu Bakar Al-Habsyi
Husein bin Abu Bakar Al-Habsyi atau dikenal sebagai Ustadz Husein Al-Habsyi merupakan seorang ulama dan pendakwah asal Surabaya, Jawa Timur yang mendirikan Yayasan Pesantren Islam (YAPI) yang terletak di Pasuruan. Beliau lahir pada tanggal 21 April 1921 di Surabaya, dan wafat pada tanggal 14 Januari 1994 di Bangil pada usia 72 tahun.
Ustadz Husein Al-Habsyi adalah putra dari Imam Ja'far Al-Shodiq, seorang guru para imam mazhab sekaligus generasi keenam dari keturunan Rasulullah. Beliau pernah menempuh pendidikan di Madrasah Al-Khoiriyah, kemudian mengajar di sana sebelum berpindah ke Johor, Malaysia.
Beliau juga pernah bergabung dalam lembaga Majelis Syuro Muslimin Indonesia yang memayungi empat organisasi massa Muslim terbesar, seperti NU, Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam, dan Persatuan Umat Islam Indonesia. Tak hanya berdakwah di ruang lingkup masyarakat, beliau juga berjuang hingga ke ranah sosial-politik.
5. Habib Hasan bin Ahmad Baharun
Habib Hasan bin Ahmad Baharun adalah seorang ulama sekaligus pendiri Pondok Pesantren Darullughah Wadda'wah yang lahir pada tanggal 11 Juni 1934 di Sumenep.
Sejak kecil gemar memperdalam ilmu agama, dan menempuh pendidikan di Madrasah Makarimul Akhlaq hingga Pendidikan Guru Agama (PGA) selama kurang lebih 6 tahun. Selain berdakwah dan mengajar, beliau juga aktif di Partai Nahdlatul Ulama dan menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) hingga akhir hayatnya.
Beberapa karya tulisnya seperti Kamus Bahasa Dunia (Majmu'aat Ashriyah), Percakapan Bahasa Arab Jilid I dan Jilid II, Kitab I'rob, dan masih banyak lagi.
6. Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf
Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf merupakan seorang ulama besar yang lahir di Pasuruan pada tahun 1969. Pendiri Pesantren Sunniyah Salafiyah Pasuruan ini juga pernah dipercaya sebagai mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Pasuruan pada periode 2017-2021. Kini, beliau menjabat sebagai ketua umum Rabithah Alawiyah berdasarkan hasil muktamar ke-25.
Melalui pidato sambutan yang disampaikannya, Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf akan bekerja sama menciptakan program kerja demi kemaslahatan seluruh umat Muslim di Indonesia.
7. Habib Husein bin Ja'far Al Hadar
Sempat ramai jadi perbincangan di media sosial, Habib Husein bin Ja'far Al Hadar, seorang pria yang lahir pada tanggal 21 Juni 1988 di Bondowoso ini memiliki garis keturunan Rasulullah, lho.
Husein telah menyelesaikan pendidikan terakhirnya pada program magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia sempat memulai kariernya sebagai seorang jurnalis sekaligus penulis.
Baca juga: Mengenal Gus Iqdam, Dai Milenial Asal Blitar |
Kemudian aktif mengisi konten acara dakwah pada bulan Ramadhan, melalui platform YouTube bersama bintang tamu terkenal lainnya. Ia sukses menarik perhatian kalangan muda-milenial.
Itulah informasi yang telah dihimpun detikJatim mengenai sederet habib terkenal asal Jawa Timur. Semoga bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sun/fat)