Apakah detikers sudah familiar dengan seorang dai bernama Gus Iqdam? Berikut ini ulasan singkat mengenai Gus Iqdam.
Agus Muhammad Iqdam Kholid atau yang dikenal dengan nama Gus Iqdam, lahir di Blitar, 27 September 1994. Ia merupakan dai atau pendakwah muda Nahdlatul Ulama.
Gus Iqdam pendiri Majelis Ta'lim Sabilu Taubah. Ia juga pengurus dari Pondok Pesantren Mambaul Hikam II di Desa Karanggayam, Kabupaten Blitar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gus Iqdam dikenal masyarakat luas sebagai pendakwah milenial, yang kocak, lucu, dan mudah berbaur dengan semua kalangan usia. Mulai dari usia muda hingga tua.
Pada 2018, Gus Iqdam mendirikan Majelis Ta'lim Sabilu Taubah yang awalnya hanya memiliki 7 jemaah. Tetapi setelah namanya dikenal karena konsep ceramahnya, majelis tersebut memiliki jemaah lebih dari 66.000 orang dari seluruh pelosok negeri.
Potongan video ceramah Gus Iqdam tersebar luas di media sosial. Seperti di TikTok, YouTube, Instagram dan lain sebagainya. Itu membuat Gus Iqdam semakin dikenal.
Latar Belakang Gus Iqdam
Gus Iqdam merupakan anak terakhir dari pasangan KH Kholid dan Lam'atul Walidah. Ia memiliki tiga saudara.
Ibu Gus Iqdam juga merupakan anak salah satu kiai yang kharismatik, yakni KH Zubaidi Abdul Ghofur. KH Zubaidi adalah Mursyid Thariqah di Jawa Timur.
Masa kecil Gus Iqdam dihabiskan untuk belajar ilmu agama Islam bersama pamannya yaitu KH Dliyauddin Azzamzami. Kemudian Gus Iqdam melanjutkan pendidikan agamanya di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri di bawah asuhan Muhammad Abdurrahman Kautsar atau Gus Kautsar.
Kemudian di tahun 2021, Gus Iqdam menikah dengan Nilatin Nihayah yang merupakan anak dari salah satu kiai besar di Ponpes Lirboyo Kediri, almarhum KH Toha Widodo Zaini Munawwir. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Ahmad Novel Zubaidi Al Munawwir.
![]() |
Gaya dan Konsep Dakwah Gus Iqdam
Dakwah Gus Iqdam dimulai dari didirikannya Majelis Ta'lim Sabilu Taubah pada Desember 2018. Nama majelis ta'lim itu memiliki arti jalan taubat.
Sebab, Gus Iqdam tidak ingin berfokus pada santri saja. Melainkan pada semua orang yang berpengetahuan, atau bahkan orang yang asing terhadap ilmu agama bisa ikut dalam majelis tersebut.
Gus Iqdam memberikan konsep pada majelisnya sebagai tempat mengaji bagi orang-orang yang berideologi jalanan, marginal, dan kerap berurusan dengan dunia kriminal. Dengan ciri khas dakwahnya yang sopan, lucu, dan lemah lembut. membuat banyak orang mudah menerima ceramahnya.
Gus Iqdam mengajak seluruh lapisan masyarakat agar mau mengaji bersama-sama. Ia mengibaratkan ngaji sebagai bensin yang merupakan bahan bakar kendaraan untuk menggerakkannya
Kendaraan bisa bergerak karena adanya bahan bakar. Begitu juga dengan raga apakah bisa bergerak menjadi baik jika tidak mengaji? Ia menjelaskan bahwa mengaji menjadi salah satu cara untuk mengatur jiwa, mengolah pikiran dan rohani.
Artikel ini ditulis oleh Nadza Qur'rotun A'ini, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sun/iwd)