Petani Banyuwangi Kembangkan Inovasi Migor dari Bekatul

Petani Banyuwangi Kembangkan Inovasi Migor dari Bekatul

Eka Rimawati - detikJatim
Senin, 21 Agu 2023 13:11 WIB
Petani di Banyuwangi kembangkan inovasi minyak goreng dari sisa penggilingan padi
Foto: Istimewa (Dok Pemkab Banyuwangi)
Banyuwangi -

Sisa penggilingan padi atau yang lazim disebut bekatul kerap jadi barang yang dianggap sebelah mata. Selain dijadikan pakan ternak, biasanya bekatul hanya dibakar untuk campuran pupuk di lahan persawahan.

Namun di Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, petani mengembangkan tehnologi inovasi minyak goreng dari bekatul. Ilmu tersebut sudah mereka dapat sejak 1 tahun hasil pembelajaran yang diberikan tim pengabdian masyarakat Universitas PGRI Banyuwangi.

Jika tahun lalu petani ini hanya mampu memproduksi dengan kapasitas kecil, kali ini mereka kembali mendapat mesin pengolah bekatul generasi kedua dengan kapasitas yang lebih besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Petani menerima mesin sekaligus pelatihan terkait pengoperasian alat baru tersebut sejak Sabtu (19/8/2023). Kini mereka bisa menggunakan mesin tersebut bertepatan dengan masa panen padi yang sudah masuk pada proses penggilingan.

"Inovasi ini kita gulirkan melalui program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat petani di Desa Kalibaru Wetan," ujar Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Uniba Megandhi Gusti Wardhana, Senin (19/8/2023).

ADVERTISEMENT

Di tengah keterbatasan petani memperoleh minyak goreng beberapa waktu lalu, inovasi ini terbukti meringankan beban ekonomi masyarakat petani di Kalibaru. Petani berharap terus mengembangkan produk minyak bekatul hingga bisa memenuhi kebutuhan sejumlah desa di kecamatan Kalibaru.

Megandhi menjelaskan proses pembuatan minyak bekatul tidak jauh berbeda dengan proses pembuatan pada mesin minyak goreng bekatul generasi 1. Perbedaannya terletak kapasitas produksi.

Mula-mula bahan bekatul dimasukkan ke mesin extruder presisi tinggi generasi kedua. Di dalam mesin ini, bahan akan mengalami proses press, sembari terus diputar selama 20 menit untuk menghasilkan minyak bekatul. Minyak akan keluar melalui lubang output. Sementara padatan akan secara otomatis terpisah.

Dari 1 kg bekatul halus, petani bisa memperoleh minyak sekitar 200-500 mililiter dengan harga jual Rp 10 ribu per liternya.

"Teknologi ini bisa meningkatkan nilai jual bekatul yang saat ini hanya dijual sekitar Rp 500 - 1.000 per kilogram," tambah Megandhi.

Megandhi mengatakan, Banyuwangi dikenal sebagai lumbung padi nasional dengan surplus beras mencapai 300 ribu ton setiap tahunnya. Namun, potensi bekatul yang memiliki nilai ekonomis tinggi belum dimanfaatkan secara maksimal.

Langkah inovatif ini diharapkan bisa memberikan alternatif baru bagi masyarakat dalam memilih minyak goreng selain minyak kelapa sawit. Untuk saat ini, minyak goreng bekatul tersebut hanya dikonsumsi untuk petani sekitar kecamatan Kalibaru, diharapkan tekhnologi ini dapat memberi peluang bisnis baru yang mendukung pertanian di Banyuwangi.




(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads