Sepekan setelah fenomena suara dentuman misterius di Desa Moncek Tengah, Sumenep menghebohkan warga setempat akhirnya sosok yang merekam video hingga viral di media sosial buka suara. Adalah Syaiful yang merekam fenomena itu. Dia bercerita betappa paniknya warga saat bunyi dentuman dari bawah tanah itu terdengar.
"Hari Sabtu (12/08) kira-kira jam 9 sampai jam 12 itu ada bunyi yang sampai detik ini belum ketahuan fenomena apa. Bunyi itu kayak orang gali sumur sampai ada getaran sehingga warga panik," kata Syaiful, warga yang memvideokan kejadian itu kepada detikJatim, Minggu (19/8/2023).
Video yang dia rekam saat itu viral di media sosial. Polisi, TNI, dan BPBD segera terjun ke lokasi karena videonya. Polisi bahkan sempat memasang garis polisi di sekitar lokasi dan beberapa warga diminta mengungsi ke rumah yang agak jauh dari lokasi kejadian hingga warga semakin panik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah datangnya sejumlah pihak termasuk BMKG dan Bupati Achmad Fauzi, kepanikan warga berangsur hilang dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Terutama karena BMKG menjelaskan bahwa analisis sementara menunjukkan tidak ancaman ancaman gempa atau bencana alam di Desa Muncek Tengah.
"Memang yang tidak terungkap itu adalah bunyi, tapi setelah BMKG menyatakan bersama pak Bupati bahwa tidak ada potensi gempa atau longsor akhirnya kami, walaupun masih ada sedikit rasa penasaran, sedikit lebih tenang. Alhamdulillah," kata Syaiful.
Hingga saat ini bunyi dentuman misterius di Desa Moncek Tengah, Sumenep masih menjadi misteri. Sejumlah Tim Ahli Geofisika dari Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang sudah datang ke lokasi dan melakukan survei hingga 2 kali.
Ketua LPPM ITN Malang Dr Ratri Andinisari menyatakan bahwa mereka membawa seperangkat alat GPR untuk meneliti penyebab dentuman yang sempat viral. Alat itu didatangkan dari Malang karena survei dengan metode geolistrik sebelumnya tidak memungkinkan dilakukan.
Pelaksanaan survei dilakukan Tim ITN Malang pada Sabtu (19/8) siang pukul 11.30 WIB sampai pukul 14.30 WIB. Para ahli Geofisika itu didampingi Tim BPBD Kabupaten Sumenep, Plt Camat Lenteng Wawan, dan disaksikan sejumlah warga setempat.
"Sampel pertama di lokasi kejadian di depan rumah, di dalam rumah, di ruang-ruang kosong di situ. Kemudian ada juga di depan rumah warga itu adalah area perbatasan di mana di situ menurut warga terasa ada getaran juga, kemudian untuk titik kontrolnya di sini (di lapangan)," kata Ratri.
Dr Ratri juga mengatakan bahwa kegiatan survei dengan GPR itu bertujuan untuk menangkap gambaran tentang penampang di bawah permukaan tanah di lokasi kejadian. Dugaan awal para peneliti berangkat dari keberadaan rongga di bawah tanah itu.
"Hasil yang didapat adalah penampang bawah permukaan tanah di lokasi kejadian. Kami harus mengolah data terlebih dahulu dan memadukan hasil survei itu dengan data yang dimiliki BMKG," kata Ratri.
Tim Geologi ITN berangkat dari asumsi awal berdasarkan data yang didapatkan. Menurut Ratri, bunyi itu disebabkan rontoknya batuan karst akibat massa jenis batuan yang berkurang di musim kemarau.
"Dugaan awal kami di sini batuannya, kan, karts. Terus sekarang kan musim kemarau dan di sini mengalami kekeringan sehingga massa jenis batuannya berkurang. Karena berkurang dia akan sangat mudah rontok. Tapi jangan bayangkan rontoknya kayak gua runtuh. Rontoknya kecil-kecil," paparnya.
Selama sepekan ke depan Tim Ahli Geofisika ITN akan mengkaji hasil pengambilan sampel yang dilakukan hari ini. Hasil survei itu nantinya akan dipadukan dengan hasil survei lembaga lain terkait adanya bunyi dentuman misterius di Moncek Tengah Lenteng beberapa hari lalu.
"Paling lama satu minggu, tapi kalau hasil data bagus tidak terlalu banyak koreksi saya rasa dua hari saja cukup," terang Ratri.
(dpe/dte)