Tempat Pemakaman Umum (TPU) Hastana Purwalaya di Dusun Selorejo, Kabupaten Blitar dijadikan lokasi upacara peringatan HUT ke-78 RI. Ada alasan sendiri mengapa upacara dilakukan di makam.
Bukannya seram, upacara ini justru berlangsung dengan khidmat. Karena, TPU Hastana Purwalaya ini tak sedikit pun tampak seram. Nisannya saja dicat warna-warni.
Video dan foto-foto upacara ini akhirnya viral di media sosial. Bukan tanpa alasan mereka menggelar upacara di makam. Warga mengaku bangga dengan kebersihan TPU dan penampakan makam yang tak meninggalkan kesan seram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juru kunci sekaligus modin yang bernama Mbah Sukir menceritakan alasan makam dijadikan tempat upacara. Dia mengaku dirinya sendiri yang mengusulkan hal ini.
"Benar saya yang pengen upacara di sini. Saya iri kok semua-semua upacara di lapangan. Padahal di sini juga tempat yang bersih dan bagus untuk mensyukuri kemerdekaan negeri ini. Saya tanya tidak ada larangan untuk upacara di sini. Ya sudah, saya beritahu warga dan mereka setuju," kata Sukir kepada detikJatim, Jumat (18/8/2023).
Akhirnya, upacara memperingati HUT ke-78 RI itu digelar di TPU Hastana Purwalaya. Sukir bertindak selaku pemimpin upacara mengenakan pakaian serbaputih dengan songkok hitam.
Sedangkan petugas dan peserta upacara, sepakat memakai baju jadul dengan kebaya bagi peserta wanita dan beskap bagi peserta pria. Upacara berlangsung khidmat.
"Dalam upacara saya berdoa agar negeri ini ayem tentrem Karta Raharjo. Masyarakatnya rukun damai. Karena negara bisa kuat jika rakyat bersatu," imbuh pria yang juga menjabat Kaur Kesra Desa Selorejo.
Sukir juga mengisahkan perjuangannya saat mengurus makam ini. Ia mengaku telah didapuk menjadi juru kunci Makam Hastana Purwalaya sejak 33 tahun yang lalu.
Dia mengaku, tidak ada yang memerintahnya untuk mengurusi makam tua itu. Namun, Sukir mendapat petunjuk dari Sang Kuasa, agar membersihkan dan menjaga makam desa seluas satu hektare tersebut.
Sukir mengaku sangat sedih ketika warga demo karena nisan ahli kuburnya dicabuti. Padahal, tujuannya baik. Selain sesuai syariat Islam, kondisi makam menjadi rapi dengan diganti tembok kecil sebagai penanda.
Dia pun memilih mengadukan masalah ini langsung ke Sang Pemilik Hidup. Sukir berangkat umrah seorang diri. Di Tanah Suci, ditumpahkan segala keresahan dan air matanya, agar mendapat pertolongan dari Allah SWT.
Sepekan setelah pulang ke tanah air, rezeki mengalir tanpa henti hingga terkumpul sebanyak Rp 98 juta.
"Awalnya saya didemo warga yang nisannya saya cabuti. Tapi mereka malah belakangan mendukung, soalnya makam jadi rapi dan sesuai syariat Islam. Saya bersihkan dan rapikan makam ini jujur semua dari Anggaran Golek Dewe (AGD)," ungkapnya.
Uang yang terkumpul semua dipakai untuk membenahi nisan yang sengaja dicabutinya. Seluruh area makam dicat dengan warna terang, sehingga jauh dari kesan angker.
Sebuah bangunan difungsikan sebagai padepokan, kerap dipakai warga untuk menggelar hajatan atau khataman Al Qur'an. Suasana makam makin regeng, karena banyak warga desa membantunya ikut membersihkan makam.
"Walaupun nanti saya pensiun. Saya akan tetap menjaga makam ini sampai mati," imbuhnya.
Sementara itu, Kades Selorejo Suadi mengaku mengizinkan upacara digelar di makam. Namun, harus koordinasi dengan polisi dan koramil.
"Iya itu betul warga saya dan memang wilayah saya. Jadi ceritanya, kami mengundang warga untuk ikut upacara di kecamatan. Tapi Mbah Modin bilang, tidak bisa ikut kalau di sana. Modin malah izin mau upacara di makam. Ya saya izinkan. Tapi karena ini upacara kenegaraan sakral, saya minta koordinasi dengan polisi dan koramil," jawab Suadi.
(hil/fat)