Wisatawan Gunung Bromo dan masyarakat Suku Tengger mengikuti upacara detik-detik proklamasi kemerdekaan ke-78 RI. Upacara ini berlangsung secara khidmat.
Upacara ini sebelumnya memang menjadi rutinitas di lautan pasir Gunung Bromo setiap tahun. Hanya saja sempat terhenti saat COVID-19.
Meski angin kencang membuat debu di Gunung Bromo beterbangan, namun hal itu tak menjadi masalah bagi para peserta upacara. Upacara ini tetap berlangsung dengan khidmat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Upacara ini digelar di kaldera atau di lautan pasir Gunung Bromo dengan ketinggian 2.323 mdpl, di Dusun Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Upacraa diikuti wisatawan, warga suku Tengger, pelajar hingga pelaku jasa wisata.
"Meski cuaca panas, angin kencang hingga debu berterbangan tapi upacara kali ini tetap khidmat dan terlaksana dengan lancar. Antusias dari semua peserta upacara sangat luar biasa," kata Kepala Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Hendro Wijanarko, Kamis (17/8/2023).
Ajakan terhadap para wisatawan, lanjut Hendro, bertujuan agar sama-sama bisa menghormati jasa para pahlawan. Ini sebagai wujud kecintaan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
![]() |
"Kami juga berharap, para pengunjung dan masyarakat suku Tengger bisa sama-sama saling menjaga kelestarian alam Gunung Bromo yang merupakan kekayaan alam dan warisan leluhur terdahulu," ungkapnya usai menjadi Inspektur Upacara.
Sementara itu, salah satu peserta upacara, Sismiko mengatakan, meski upacara merupakan hal yang lumrah dan seringkali dilakukan, tapi momentum upacara untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI sangat beda jauh rasanya.
"Apalagi upacara digelar di lautan pasir Gunung Bromo yang ketinggiannya 2,329 mdpl kesannya sangat jauh berbeda. Meski sederhana tapi tetap ada kebanggaan tersendiri," tuturnya usai mengikuti upacara.
(hil/dte)