Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani terlihat serius saat membolak-balik air berwarna kecokelatan di kuali besar yang sedang mendidih dengan kayu. Itu adalah air nira.
Ipuk sedang memasak gula aren organik di dapur milik petani di Desa Kluncing, Kecamatan Licin, Banyuwangi. Sesekali dia berbicara memberi masukan ke pemilik dapur.
Petani nira di desa itu diminta untuk meningkatkan produksi dan mempertahankan kualitas produknya. Supaya gula aren organik yang dihasilkan tetap menjadi produk unggulan Banyuwangi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kualitas gula aren di desa ini sangat bagus karena diolah secara organik. Terbukti sudah 10 tahun bisa mempertahankan sertifikasi organik dari Lesos," kata Ipuk, Minggu (13/8/2023).
Selain menjajal mengaduk air nira dalam proses pembuatan gula aren, dalam kesempatan itu Ipuk juga memberikan bantuan kepada para petani berupa peralatan untuk peningkatan usaha mereka seperti pisau penderes kelapa, ratusan jeriken, dan cetakan gula.
Desa Kluncing memang dikenal sebagai desa penghasil gula aren organik terbaik di Banyuwangi. Produknya didapat dari pohon aren yang banyak tumbuh di desa itu.
Perbedaan yang bikin gula aren produksi petani Kluncing istimewa dibandingkan lainnya adalah gula aren organik tidak memiliki kandungan kimia sedikit pun.
Hari ini Bupati Ipuk sengaja hadir langsung ke desa itu dan turut menjajal memasak gula aren di dapur petani. Para petani pun termotivasi meningkatkan produktivitas.
Kelompok Tani Bukit Hijau di desa itu beranggotakan 30 orang petani. Mereka mengklaim mampu memproduksi 5 ton gula aren organik setiap bulan.
![]() |
Sholeh, Ketua Poktan Bukit Hijau menjamin hasil produksi gula aren di Desa Kluncing murni organik dan sudah mendapatkan sertifikat organik dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (Lesos) sejak 2012.
"Organik itu kan dari hulu ke hilir harus benar-benar terjaga supaya tidak terkontaminasi bahan-bahan yang non organik. Jadi gula aren kami murni dari air nira yang dipanaskan. Tidak ada tambahan sulfit atau bahan kimia lain," kata Sholeh.
Gula aren itu diolah dari nira yang disadap langsung dari pohon aren. Di Desa Kluncing ada 1.500 pohon aren yang tumbuh liar. Selain itu juga ada 400 pohon aren yang ditanam warga.
Setiap hari masing-masing petani gula aren bisa mendapat 20 liter nira yang disadap pagi dan sore hari. Nira ini yang kemudian dikumpulkan hingga menunggu waktu produksi.
"Kami produksi setiap tiga hari sekali rata-rata 50 liter. Kurang lebih bisa jadi 25 log gula aren berbentuk tabung dengan panjang kurang lebih 15 cm, atau setara 17,5 kilogram. Jadi sebulan kami produksi 7.500 log gula aren organik," ujar Sholeh.
Selain wilayah Banyuwangi, pemasaran gula aren hasil produksi mereka sudah merambah ke sejumlah daerah tetangga. Di antaranya Malang, Situbondo, dan Surabaya.
Selain proses pembuatan gula aren yang dibuat secara organik, Poktan Bukit Hijau juga menggunakan pupuk organik untuk pohon nira di desa itu.
Pupuk organik itu mereka olah sendiri dari kotoran hewan ternak milik anggotanya. Setiap hari, poktan bisa mengumpulkan 50 karung kotoran kambing.
"Pupuk organik kami juga laku di pasaran. Dijual di Banyuwangi dan Situbondo. Biasanya untuk tanaman hortikultura, seperti durian, manggis, petai, jengkol, dan cabai," ujar Sholeh.
(dpe/iwd)