Pembayaran parkir nontunai atau cashless di Surabaya ternyata kurang diminati masyarakat. Warga Kota Pahlawan lebih memilih membayar tarif parkir langsung kepada juru parkir (jukir) hingga belakangan ini mereka banyak melaporkan jukir nakal yang tidak memberikan karcis.
Aminarti salah satunya. Warga Surabaya Barat itu lebih memilih membayar tarif parkir langsung ke juru parkir. Alasannya, karena tidak semua pengendara memiliki kartu uang elektronik.
"Pilih bayar tunai langsung, lebih cepet. Saya juga nggak punya kartunya," kata Ardini kepada detikJatim di Taman Bungkul, Kamis (10/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya Tundjung Iswandaru mengatakan bahwa pihaknya masih mengkaji mekanisme pembayaran tarif parkir non tunai yang pas. Yang tentunya tidak menyulitkan masyarakat.
"Nanti kami carikan mekanisme apa yang mudah. Kalau teknologi dan teori banyak banget. Tapi yang dilakukan yang paling applicable (bisa diaplikasikan) yang mana," kata Tundjung.
Pembayaran parkir cashless sendiri sudah pernah dijalankan di beberapa titik tapi tidak bertahan lama. Salah satunya seperti penerapan QRIS di Jalan Tunjungan yang kurang diminati.
"Di Jalan Tunjungan pernah pakai QRIS, malah nggak laku. Karena sepeda motor alasannya nggak punya m-Bangking. Terlalu banyak alasan. Kendala terbesar itu pemilik roda dua. Yang mobil setuju karena punya e-toll. Akhirnya kembali lagi pakai duit," jelasnya.
Alat parkir meter di Taman Bungkul dan Taman Surya Balai Kota juga tidak efektif.
"Kalau parkir meter itu, bisa ngetap sendiri. Tapi kendalanya nggak punya e-money jadi nyerahkan ke jukir," pungkasnya.
(dpe/iwd)