Kasus sapi dengan lumpy skin disease (LSD) di Kota Blitar meningkat, menjadi 70 kasus. Terbatasnya tempat karantina membuat sapi lebih mudah terinfeksi LSD.
Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Blitar mencatat ada 70 kasus saat ini. Padahal sebelumnya, kasus LSD sekitar 50 kasus pada Juli 2023.
"Untuk kasus LSD pada Juli kemarin ada 50 kasus, sekarang ini menjadi sekitar 70 kasus. Ini terus kita obati, teman - teman petugas juga terus turun di lapangan untuk pemantauan," kata Plt Kepala DKPP Kota Blitar Dewi Masitoh, Senin (7/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dewi menyebutkan kasus LSD meningkat karena penularan yang lebih cepat. Sedangkan tempat karantina untuk sapi yang terjangkit LSD hanya terbatas. Sehingga, penularan penyakit LSD dari sapi yang terjangkit lebih cepat dalam satu kandang.
"Penularan cepat, karena satu kandang akhirnya menyebar cepat karena tidak ada kandang karantina. Misal punya 6 ekor, 3 ekor yang terjangkit LSD pasti mudah menyebar," jelasnya.
Menurutnya, proses penyembuhan LSD membutuhkan waktu yang cukup lama. Yakni sekitar 1 bulan hingga 1,5 bulan. Sehingga angka kesembuhan LSD masih sekitar 25 persen.
Dia mengaku, pihaknya semakin menggencarkan vaksinasi LSD. Para petugas diterjunkan untuk melakukan pengawasan pengobatan LSD, hingga vaksinasi. Selain itu, pihaknya juga melakukan pemantauan terhadap aktivitas jual beli sapi di Pasar Hewan.
"Dari Pemprov Jatim sekitar 500 dosis, sudah terealisasi sekitar 275 dosis. Sedangkan populasi sapi di Kota Blitar itu sekitar 3 ribu ekor. Harapannya masyarakat bersedia sapinya divaksin, dengan catatan sudah sembuh dari LSD," tandasnya.
(dpe/fat)