Pria asal Gresik, Kusairi harus pergi ke luar kota hanya untuk memasak di dapur rumahnya. Namun, jangan salah sangka! Kusairi tak perlu jauh-jauh naik motor atau mobil saat ke luar kota, ia hanya perlu melangkahkan kaki beberapa langkah dari ruang tamu menuju dapur.
Ternyata, rumah Kusairi berdiri di atas tanah 2 kabupaten. Di mana salah satu sisinya masuk Kabupaten Gresik, sementara sebagian lainnya masuk Kabupaten Lamongan.
Namun, Kusairi tercatat sebagai warga Dusun Karang Tumpuk, Campurejo, Panceng, Gresik. Bukan cuma Kusairi, ada belasan rumah lainnya yang masuk dua kabupaten. Ada yang memiliki halaman dan ruang tamu di Gresik, lalu dapurnya berada di Kabupaten Lamongan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kusairi awalnya tidak mengetahui bahwa rumah miliknya sebagian masuk wilayah Lamongan. Ia baru mengetahui ketika adanya pengukuran dan pemasangan patok oleh BPN.
"Semenjak ada pengukuran dan pemasangan patok, jadi tahu kalau dapur itu ikut Lamongan," kata Kusairi kepada detikJatim, Selasa (25/7/2023).
Kusairi tidak menyadari bahwa selama ini ia bersama istri dan anaknya sudah sering keluar kabupaten hanya untuk pergi ke dapur. Karena sudah tinggal lama di rumah tersebut, ia sudah merasa biasa.
"Selama ini tetap merasa tinggal di Gresik. Tapi sebelah sudah Lamongan. Sudah biasa sih mas, soalnya sudah tinggal lama di sini," tambahnya.
"Dari orang tua saya sudah KTP Gresik, jadi saya juga ikut KTP Gresik," lanjutnya.
Meski pembayaran pajak tanahnya ikut Kabupaten Lamongan, Kusairi tidak pernah mengalami kesulitan dalam pengurusan administrasi. Termasuk KTP, KK atau penerimaan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Gresik.
"Nggak ada kesulitan, baik pengurusan surat-surat KTP, KK atau administrasi lainnya. Meskipun bayar pajaknya ke Lamongan," tuturnya.
Kepala Desa Campurejo Amudi menambahkan, ada 13 rumah milik warga yang dibangun tepat di perbatasan antara Dusun Karang Tumpuk, Campurejo, Panceng, Gresik dengan Weru, Paciran, Lamongan. Hal itu membuat belasan bangunan rumah tersebut berada di dua kabupaten.
"Ada 13 rumah warga yang berada di perbatasan. Rata-rata ruang tamunya di Gresik, dapurnya di Lamongan. Ada juga pintu di Lamongan, jendela di Gresik," kata kepada detikJatim, Selasa (25/7/2023).
Meski demikian, penghuni belasan rumah tersebut ber-KTP Gresik. Sebab, halaman rumah-rumah tersebut berada di Kabupaten Gresik.
"KTP mereka ini Gresik. Jadi untuk administrasi pajak tanah dan bangunan ikut Gresik. Karena hanya sebagian tanah belakang rumah yang ikut Lamongan," tambah Amudi.
Untuk mengetahui perbatasan tersebut, lanjut Amudi, Pemerintah Kabupaten Gresik telah memasang patokan tanah. Patokan tanah tersebut terletak di belakang Gapura pintu masuk Desa Weru, Paciran, Lamongan.
"Beberapa tahun lalu sudah dilakukan pengukuran oleh BPN Gresik yang juga disaksikan camat, TNI, polsek dan instansi terkait. Setelah diukur dilakukan pemasangan patokan tanah," lanjut Amudi.
Meski demikian, baik warga Gresik dan warga Lamongan hidup rukun berdampingan. Mereka saling menghormati baik tradisi maupun kepercayaan adat.
"Selama ini nggak ada masalah, mereka hidup rukun berdampingan. Baik mencari rezeki, maupun dalam kehidupan sehari-hari," pungkasnya.
(hil/fat)