Viral di media sosial penumpang kereta api (KA) Lokal Dhoho-Penataran mengeluh karena selalu berjubel tiap akhir pekan. Namun, PT KCL selaku pengelola mengeklaim jika tiket tidak pernah terjual 100 persen.
Dalam postingan di akun IG malangterkini dan blitarasyik, memperlihatkan kondisi penumpang yang berjubel. Hal ini dinilai mengurangi kenyamanan para penumpang yang mengandalkan moda transportasi publik ini untuk pulang kampung saat libur akhir pekan.
"Ini tidak sesuai komitmen KAI utk memberikan pelayanan terbaik. Para penumpang bayar, tapi gak duduk. Mereka bisa menuntut management KAI. Utk apa trus pakai nomor kursi" tulis akun arifbsa***** seperti dilihat detikJatim, Selasa (18/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"di awal waktu pesan kan udah diberitahu 'tanpa kursi' kalau orang mau beli berarti ya udah tau bakal ga dapat tempat duduk. Bukan KAI yang membohongi konsumen" tulis @da****.
Sementara akun@ savistano***** berkomentar panjang seperti berikut ini.
"Jujurly tiket tanpa tempat duduk juga membuat penumpang dengan tiket kursi duduk jadi ga nyaman. Harusnya kl pun dijam sibuk tambah gerbong aja. Atau tiket tanpa tempat duduk maksimal 10% dari keseluruhan tiket dan ga boleh bawa anak / ga boleh sedang hamil. Kadang suka liat tatapan2 sinis ketika yg muda dengan tiket duduk tidak menawarkan tempat duduk ke ibu dengan anak atau ibu hamil. Padahal udah konsekuensi mereka sendiri mau beli tiket tanpa tempat duduk. Lebih fair lagi yaudah sih tegakkan aturan seluruh tiket = tiket dengan tempat duduk, baik long trip atau pun short trip (lokal) biar nyaman dan disiplin".
Per 1 Juni, sesuai dengan Grafik Perjalanan Kereta (Gapeka), nama KA lokal berubah menjadi commuter line. Perlu diketahui, pengelolaan kereta api lokal seperti KA Dhoho-Penataran saat ini merupakan kewenangan PT Kereta Commuter Line (KCL). External Relations and Corporate Image Care Manager KCL, Leza Arlan memaparkan, kapasitas KA Dhoho-Penataran itu 150 tiket. Dengan rincian 100 tiket dengan kursi dan 50 tiket tanpa kursi.
"Dari pantauan kami, selama ini tidak pernah tiket itu terjual sampai 100 persen. Atau 150 tiket itu terjual semua," jawabnya dikonfirmasi detikJatim, Senin (17/7/2023).
Masing-masing KA lokal ini membawa enam rangkaian gerbong, dengan lima gerbong penumpang dan satu gerbong kereta makan. Penumpukan penumpang yang terjadi tiap akhir pekan, diakui Leza memang sering terjadi. Pihaknya juga kerap menerima masukan agar dibatasi penjualan tiket tanpa kursi agar kenyamanan penumpang yang mendapat kursi tidak terganggu.
"Kalau tiket ini tidak 100 persen terjual. Bisa jadi berjubelnya penumpang itu hanya terjadi di satu gerbong. Itu yang di-capture netizen. Bisa jadi gerbang awal dan akhir. Sementara di gerbong yang tengah, kondisinya lebih lengang. Penumpang nggak mau jalan ke gerbong lain, maunya diam di situ aja," ungkapnya.
Berjubelnya penumpang di dekat pintu gerbong, lanjut Leza, biasanya dilakukan oleh penumpang yang melakukan perjalanan bersama rombongan. Mereka enggan jika tidak menjadi satu gerbong, karena khawatir akan terpisah.
"Sampai saat ini, kami belum ada rencana penambahan gerbong. Tapi tidak menutup kemungkinan tiket kami tambah seiring bertambahnya gerbong yang menambah rangkaian," pungkasnya.
(dpe/dte)