Co-Assistant Universitas Airlangga (Unair), Ni Made Adnya Suasti diterima University of Oxford. Bisa diterima di kampus ternama Inggris itu bukan hal mudah baginya, ada perjuangan yang dilewati.
Sejak berkuliah di Unair, Adnya sudah memiliki prestasi dengan mengikuti kompetisi di kancah nasional. Selain diterima di Oxford, saat ini, ia juga menerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI).
Impian Adnya diterima menjadi mahasiswa University of Oxford pun terwujud. Meski begitu, ia harus melalui perjuangan dahulu. Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi sampai menjadi bagian dari salah satu universitas ternama dunia ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat proses pendaftaran kebetulan saya sedang co-ass. Sehingga harus benar-benar membagi waktu untuk mempersiapkan persyaratannya," kata Adnya, Senin (17/7/2023).
Pada langkah pertama, Adnya mengaku awalnya harus memilih program studi. Lalu mencocokkan minat dan tujuan. Adnya juga mempelajari kurikulum yang berlaku, seperti modul pembelajaran yang ditawarkan dan fokus penelitian yang akan dilakukan.
Kemudian, ia mempersiapkan berkas persyaratan. Pada tahap ini, ia mantap memilih studi pada program MSc Modelling for Global Health di University of Oxford. Sejumlah berkas yang harus disiapkan seperti transkrip akademik, daftar riwayat hidup, motivation letter dan sertifikat kemampuan berbahasa Inggris.
"Lalu, melakukan pendaftaran secara online melalui website resmi University of Oxford. Jangan lupa untuk memastikan bahwa semua informasi yang diminta sudah diisi dengan benar," jelasnya.
Adnya mengaku saat mendaftar di Oxford waktunya berbarengan dengan proses pendaftaran BPI. Sembari melakukan pendaftaran perguruan tinggi, ia juga melengkapi berkas persyaratan untuk mendaftar BPI.
Tahapan terakhir yakni melakukan wawancara. Untuk tahap ini ia lolos dan dipersilahkan menunggu informasi lebih lanjut apabila diterima.
"Setiap proses harus diikuti dan disesuaikan dengan petunjuk yang ada. Pastikan untuk memeriksa situs web perguruan tinggi yang ingin dituju," ceritanya.
Adnya berharap dengan ilmu yang akan dibawa pulang dapat membantu menciptakan kualitas kesehatan global menjadi lebih baik. Melalui pemanfaatan data dan teknologi dapat mengembangkan pemahaman soal masalah kesehatan lebih baik.
"Melalui pemanfaatan data dan (mpak positif dalam mengatasi masalah kesehatan global seperti penyakit menular, pandemi, epidemi, atau kesenjangan kesehatan," pungkasnya.
(abq/abq)