Pemprov Jatim melalui Bakesbangpol mengimbau untuk membongkar tugu perguruan silat yang ada di daerah. Imbauan pembongkaran karena tugu dinilai kerap jadi salah satu pemicu konflik.
Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Banyuwangi buka suara terkait imbauan tersebut. PSHT Mengaku telah menerima imbauan tersebut namun, kebijakan tersebut minta dikaji lagi.
Ketua PSHT Cabang Banyuwangi Lilik Sukaryadi mengungkapkan perguruannya menganut sistem organisasi yang kolektif kolegial. Sehingga seluruh keputusan organisasi akan menyerap aspirasi dari banyak pihak melalui musyawarah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Lilik, imbauan awal yang diterima oleh PSHT adalah antisipasi gesekan yang bisa terjadi pada malam 1 Suro nanti, di mana tidak diperkenankan melakukan aktivitas nyekar ke Madiun.
"Terkait pembongkaran tugu organisasi PSHT menerapkan sistem kolektif kolegial, tapi yang sudah kami terima saat ini soal tidak boleh nyekar ke Madiun saat Suroan nanti," kata Lilik, Jumat (14/7/2023).
"Terkait dengan tugu tidak ada pemutusan hasil untuk dibongkar tapi bagaimana selama bulan Suro itu ditutup, bahkan ada kesepakatan tugu ada yang nyalahi kita benahi sendiri," imbuhnya.
Lilik lalu mempertanyakan terkait tugu yang dituding menjadi penyebab konflik atau keributan. Ia menyayangkan imbauan tersebut karena menurutnya tugu memiliki nilai sejarah dari para pejuang kemerdekaan.
"kenapa kok dimunculkan bahwa tugu menjadi salah satu penyebab? Menurut pengamatan dan analisa kami tugu pencak silat tidak salah apa-apa kenapa kok dijadikan target point? Historis dari Setia Hati Terate misalnya orang-orang yang bergerak di bidang perjuangan ini lha sejarah kami di tugu ini umumnya adalah organisasi yang ikut merintis kemerdekaan," terang Lilik.
Ia berharap imbauan tersebut dikaji kembali, menurutnya pemicu konflik yang sebenarnya adalah pergeseran sosial di masyarakat yang mulai terkontaminasi oleh media sosial, bukan oleh keberadaan tugu perguruan silat.
Lilik juga khawatir ada tujuan tertentu yang menunggangi imbauan pembongkaran tugu ini untuk kepentingan politik 2024 mendatang.
"Kenapa kok tugu, sosial media ini yang sebenarnya merusak saling menjelekkan yang satu dengan yang lain. Saya juga khawatir isu pembongkaran tugu perguruan ini ada maksud kaitannya dengan politik 2024 nanti," ucap Lilik.
(abq/iwd)