Pemkab: Batu Meteor Terkubur 50 Cm Saat Ditemukan di Tengah Hutan Nganjuk

Sugeng Harianto - detikJatim
Selasa, 11 Jul 2023 14:11 WIB
Suprianto warga Nganjuk bersama 2 batu meteor yang ditemukan. (Foto: Sugeng Harianto/detikJatim)
Nganjuk -

Pakar meragukan temuan batu meteor di Nganjuk. Alasannya, baru-baru ini tidak ada peristiwa hujan meteor di Indonesia dan batu itu tidak menimbulkan kawah imbas benturan.

Pakar Fisika Teori Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Dr rer nat Bintoro Anang Subagyo yang menyampaikan keraguan itu. Dia jelaskan alasan keraguannya kepada detikJatim.

Pertama, bila batu itu adalah batu meteor dan melihat ukurannya yang besar, harusnya pada saat mendarat di tanah akan muncul kawah imbas benturan yang sangat keras.

"Bisa iya (meteor), tapi jika melihat pada ukuran agak mustahil tanpa mengakibatkan benturan yang cukup keras," terang Bintoro, Senin (10/7).

Dia juga menyatakan bila memang ada batu meteor dengan ukuran sebesar itu jatuh di kawasan Nganjuk pastinya akan diketahui secara luas. Bahkan, bisa diketahui kapan proses terjadinya.

"Kecuali jika hal itu terjadi di masa lampau, di mana daerah penemuan tersebut tidak ada penghuni manusia," ujarnya.

Tidak hanya itu, dia juga mendasarkan keraguannya dengan fenomena astronomi dalam kurun waktu 1-2 pekan terakhir. Dia tidak mencatat adanya peristiwa langit hujan meteor.

"Jika merujuk pada rentang waktu 1-2 minggu ini tidak ada hal spesial. Termasuk soal hujan meteor," jelasnya.

Soal keraguan Bintoro itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Nganjuk Amin Fuadi memberikan penjelasan.

Dia sampaikan bahwa Suprianto, warga Nganjuk penemu batu itu sudah menjelaskan lokasi temuan itu jauh dari permukiman. Posisinya pun terkubur sedalam 50 cm dan hanya terlihat 90 persen.

"Jika mengacu apa yang disampaikan oleh pakar ITS tersebut, jelas bahwa jika melihat lokasi temuan ada di wilayah hutan yang sangat jauh dengan permukiman manusia," kata Amin, Selasa (11/7/2023).

"Daerah temuan itu juga termasuk daerah yang rawan karena masih banyak ular-ular yang besarnya seukuran batang kelapa, sehingga tidak memang dihuni manusia," sambungnya.

Amin sendiri menduga kuat 2 batu itu memang batu meteor berdasarkan observasi awal yang telah dia lakukan. Batu itu diperkirakan jatuh dari langit sudah cukup lama, sehingga sebagian terkubur pasir sungai.

"Jadi perkiraan saya batu itu jika memang batu meteor diperkirakan jatuhnya pada masa lampau. Saudara Suprianto pun saat menemukan juga tidak sedang mencari batu meteor. Tetapi saat melakukan penanaman pohon di pinggir sungai," ujar Amin.

Proses penemuan batu meteor. Baca di halaman selanjutnya.




(dpe/dte)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork