Suprianto (43), pria asal Desa Mojorembun, Kecamatan Rejoso, Nganjuk mengeklaim menemukan 2 batu meteor yang jatuh dari langit. Dua batu meteor itu ditemukan di sungai Kedung Ngaron, Bringin, tepatnya di tengah hutan lereng Gunung Pandan.
Menurut pakar Fisika Teori Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Dr rer nat Bintoro Anang Subagyo, bisa saja batu itu memang benar meteor. Kendati demikian, perlu adanya kajian lebih lanjut untuk membuktikannya. Dia ragu karena batu yang besar itu tidak menimbulkan benturan keras di tanah.
"Bisa iya, tapi jika melihat pada ukuran agak mustahil tanpa mengakibatkan benturan yang cukup keras," terang Bintoro saat dihubungi detikJatim, Senin (10/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bintoro mengatakan, jika memang batu meteor jatuh dengan ukuran besar, pastinya akan diketahui secara luas. Bahkan, bisa diketahui kapan proses terjadinya.
"Kecuali jika hal tersebut terjadi di masa lampau, di mana daerah penemuan tersebut tidak ada penghuni manusia," ujarnya.
Untuk ukuran batu meteor, ia menyebut bervariasi dan tergantung banyak hal. Bisa berukuran kecil, bahkan besar sampai menimbulkan kawah.
Kemudian, terkait dengan fenomena astronomi, Bintoro mengungkap tidak ada peristiwa di langit dalam kurun waktu belakangan. Bahkan, tidak ada catatan hujan meteor selama 1-2 minggu terakhir.
"Jika merujuk pada rentang waktu 1-2 minggu ini tidak ada hal spesial. Termasuk soal hujan meteor," jelasnya.
Namun, pada awal Mei lalu, Bintoro menyebut ada peristiwa hujan meteor. Tapi itu tidak terjadi di Indonesia.
Hujan meteor sendiri terjadi karena orbit dari batuan meteor yang dekat dengan orbit Bumi. Dampak umumnya hanya penampakan hujan meteor di langit, tak sampai menghujam tanah.
"Pada umumnya tidak membahayakan karena sebagian besar batuan terbakar di atmosfer," tukasnya.
(dpe/dte)