Minat orang tua di Blitar memilih sekolah dari tahun ke tahun terus bergeser. Saat ini para orangtua lebih memilih lembaga pendidikan berbasis agama bagi putra putrinya. Ini ditandai makin banyaknya jumlah madrasah dan jumlah siswa pada tiap tahun ajaran baru.
Menurut Kasi Pendidikan Kemenag Kabupaten Blitar, Baharudin memaparkan, dari sistem data terintegrasi pendidikan madrasah tercatat ada kenaikan jumlah siswa tiap tahunnya. Pada tahun ajaran 2020-2021 sebanyak 68.159 siswa, tahun 2021-2022 naik menjadi sebanyak 69.838 siswa. Dan pada tahun ajaran 2022-2023 ini naik lagi menjadi 70.669 siswa.
"Ada kenaikan jumlah siswa madrasah tiap tahunnya. Dan itu mulai jenjang pendidikan RA, MI, MTs sampai MA. Belum lagi yang SD Islam terpadu, namun itu di bawah kewenangan Kemendikbud bukan Kemenag," kata Baharudin dikonfirmasi detikJatim, Jumat (7/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengimbangi semakin tingginya minat sekolah di madrasah, lanjut Baharudin, jumlah lembaga pendidikan berbasis agama pun juga menjamur. Pada akhir tahun 2022 lalu, jumlah RA dan madrasah Kabupaten blitar sebanyak 437 lembaga. Dengan rincian 28 lembaga negeri sementara sisanya dikelola pihak swasta.
"Tahun ini nambah lagi. Dua RA, dua MI dan dua MTs," imbuhnya.
Pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2023 ini terlihat hampir semua lembaga pendidikan madrasah telah memenuhi juah rombongan belajar. Terdata dari 14 MIN rata-rata memenuhi pagu 3-4 rombel. Sedangkan dari 11 MtsN jumlah rombel bervariasi menyesuaikan lokasinya, namun semua memenuhi pagu antara 6-13 rombel. Sementara untuk MAN, tiga lembaga pendidikan berbasis agama ini telah memenuhi pagu 13 rombel.
Salah seorang wali murid warga Kota Blitar, Antika contohnya. Walaupun Pemkot Kota menggratiskan semua biaya sekolah bagi pelajar setingkat TK, SD dan SMP, namun warga Kecamatan Sananwetan ini lebih memilih menyekolahkan putranya di SD Islam Terpadu yang berlokasi di Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.
Menurut ibu muda ini, ada banyak faktor yang menjadi bahan pertimbangan mereka rela mengeluarkan dana lebih banyak dengan menyekolahkan anaknya di sekolah Islam tersebut. Tika menilai, banyak pendidikan rohani yang diajarkan kepada peserta didik dibandingkan jika sekolah di SD
Lingkungan religius, menurutnya, pasti berpengaruh pada tumbuh kembang anak karena usia pembentukan fondasi. Kedua, proses pembelajaran lebih menarik karena tidak melulu dilakukan didalam kelas. Anak didik diajak ke lapangan, sungai bahkan kebun.
"Bagi saya, Aqidah akhlak lebih banyak di tekankan daripada balapan pinter pinteran. Anak dianggap semua pinter di bidangnya masing-masing," pungkasnya.
(hil/fat)