Striker andalan Manchester City, Erling Haaland ternyata punya 'kembaran' di Mojokerto. Pemuda blasteran bernama Ibnu Mukti Wijaya (23) ini ternyata pintar menabuh rebana. Haaland Mojokerto ini memiliki cita-cita mulia yakni membumikan selawat di Bumi Majapahit.
Ibnu merupakan pemuda asal Dusun Kali Cangkring, Desa Kaligoro, Kecamatan Kutorejo, Mojokerto. Sosok Ibnu sebagai Haaland Mojokerto salah satunya di-posting akun Instagram @banjari_zamannow. Posting-an berjudul Erling Haaland versi Mojokerto disukai 46 ribu kali dan ditonton 680 ribu warganet. Dalam video ini, Ibnu tampil dalam pertunjukan seni hadrah Al Banjari maupun ketika berlatih.
Wajah Ibnu juga banyak muncul di posting-an akun TikTok @baihaqinjruull. Seperti posting-an berjudul Mr Haland Mode Serius yang sudah ditonton 562.700 kali. Dalam video ini, Ibnu sedang melatih vokal. Usut punya usut, ternyata viralnya Ibnu sebagai Haaland Mojokerto berawal dari posting-an akun TikTok @baihaqinjruull. Pemilik akun adalah Baihaqi Ahmad (20), teman Ibnu sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibnu memang mempunyai fisik layaknya bule. Pemuda blasteran yang lahir 16 Desember 1999 ini mempunyai tinggi badan 179 cm. Sedangkan Erling Haaland mempunyai tinggi badan 195 cm. Usia mereka bisa dibilang sebaya karena Haaland lahir 21 Juli 2000.
Baca juga: Viral Erling Haaland Versi Mojokerto |
Pemuda blasteran ini ternyata lahir di Ambon, Maluku. Neneknya asli Negeri Kincir Angin, Belanda. Ia anak sulung dari 4 bersaudara pasangan Saleh Tepu dan Naken Sitania. Ibnu memiliki mata, rambut dan kulit layaknya bule Eropa.
Menurut Ibnu, fisik bule ini ia warisi dari mendiang neneknya yang berasal dari Belanda. Sedangkan mendiang kakeknya ketua suku yang dihormati di marga Sitania. Namun, ia sudah lupa nama kakek maupun neneknya.
"Yang asli Ambon kakek. Kalau nenek saya kan nonik-nonik Belanda zaman kolonial. Ketemu kakek saya di Ambon, punya keturunan ibu saya," kata Ibnu kepada detikJatim di rumah temannya, Desa Sawo, Kutorejo, Mojokerto, Minggu (2/7/2023).
![]() |
Fisik orang Belanda diwarisi Ibnu dari mendiang neneknya. Sang ibu mempunyai fisik penduduk lokal Ambon, tapi berhidung mancung. Namun, ia lahir di keluarga muslim. Hanya mendiang neneknya yang beragama Kristen.
Sejak berusia 4 bulan, Ibnu tinggal bersama Pakde atau suami dari kakak ibunya, Taufik Rudianto. Taufik merupakan Pengasuh Ponpes Hidayatul Hikmah di Dusun Kali Cangkring, Desa Kaligoro, Kutorejo, Mojokerto.
Sedangkan orang tua dan ketiga adiknya tinggal di Ambon. Ibnu telah menuntaskan pendidikannya sampai jenjang SMA di Kabupaten Mojokerto. Ia tamat dari Madrasah Aliyah (MA) Al Istiqomah di Dlanggu, Mojokerto tahun 2019.
"Pendidikan agama tentunya dari pondoknya Pakde. Bisa dihitung hampir 23 tahun," jelasnya.
Ia merupakan musisi seni hadrah Al Banjari. Sehari-hari ia sibuk melatih Al Banjari di sejumlah lembaga pendidikan. Ia gandrung dengan Al Banjari sejak kelas 4 sekolah dasar (SD). Kini, Ibnu menjadi penabuh rebana atau terbang yang sudah malang melintang.
Baca juga: Erling Haaland Versi Mojokerto dan Rebananya |
Ia kerap manggung di berbagai acara. Mulai dari hajatan pernikahan dan khitanan, sampai haul para ulama dan Harlah NU di kantor PCNU Kabupaten Mojokerto.
"Agak sering manggung. Dalam sebulan kadang 2 minggu, 3 minggu, kadang sebulan full. Karena sering dibon grup Al Banjari lain," terangnya.
Ibnu spesialis penabuh rebana dan backing vocal. Setiap kali manggung, ia mendapatkan honor minimal Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu. Selain di Mojokerto, ia juga kerap manggung di Sidoarjo, Pasuruan dan Jombang.
Prestasi tertingginya sementara ini juara 1 Festival Al Banjari se-Jatim di Ponpes Al Muhajirin, Mojosari, Mojokerto tahun 2022. Ketika itu, Ibnu bergabung dengan grup Nasidul Islami yang bermarkas di Desa Seruni, Pungging, Mojokerto.
![]() |
Saat ini, Ibnu bergabung dengan grup Al Banjari El Bangsali yang markasnya di Desa Kutoporong, Kecamatan Bangsal, Mojokerto. Grup ini mempunyai 10 personel yang terdiri dari 5 penabuh rebana dan 5 vokal. Ia dipercaya menjadi penabuh rebana sekaligus backing vocal.
Tidak hanya itu, Ibnu juga melatih Al Banjari di 3 lembaga pendidikan. Yaitu di Ponpes Uluwiyah, TPQ Desa Kaligoro, serta di TPQ Desa Mlirip, Jetis, Mojokerto. "Melatih di masing-masing tempat satu minggu sekali," tambahnya.
Hingga kini, Ibnu masih setia dengan Al Banjari. Al Banjari dan selawat membuatnya relaks dan nyaman. Selawat juga menjadi sarana baginya untuk meminta syafaat dari Rasulullah Muhammad SAW.
"Saya ingin membumikan selawat di Mojokerto," cetusnya.
(hil/fat)