Ngilu! Transgender Ini Sengaja Bakar Penisnya, yang Tersisa Cuma 1 Cm

Kabar Kesehatan

Ngilu! Transgender Ini Sengaja Bakar Penisnya, yang Tersisa Cuma 1 Cm

Suci Risanti Rahmadania - detikJatim
Sabtu, 01 Jul 2023 20:05 WIB
banana with open skin in the tossed state on a dark background
Foto: Getty Images/iStockphoto/Albert Yarullin
Surabaya -

Seorang transgender wanita atau transpuan di Australia membakar penisnya sendiri dengan sengaja. Ia melakukan itu dalam usahanya yang putus asa untuk menghilangkan penis tersebut.

Transgender berusia 57 tahun yang terlahir sebagai laki-laki itu merasa telah hidup dalam tubuh yang salah.

Ia kemudian mencari bantuan medis tujuh hari setelah mengalami luka bakar kimia di penisnya yang dilakukannya sendiri. Dokter yang membagikannya dalam Jurnal Urology Case Reports, tak mengungkapkan penyebab pastinya lebih lanjut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Australia, operasi pengencangan kelamin yang melibatkan pengangkatan penis, saat ini tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan masyarakat nasional Australia. Sebaliknya, pasien harus mencari operasi pribadi yang mahal.

Meskipun beberapa otoritas kesehatan setempat menyediakan klinik yang menghubungkan pasien dengan penyedia layanan kesehatan, mereka seringkali memiliki daftar tunggu yang panjang.

ADVERTISEMENT

Transgender wanita dapat menjalani operasi yang rumit untuk mengangkat alat kelamin mereka dan menggantinya dengan vagina buatan. Untuk transgender pria, prosedur tersebut dapat mencakup operasi pengangkatan payudara dan pembuatan penis dan skrotum.

Dalam jurnal tersebut, petugas medis mengatakan pasien saat ini dipindahkan ke Rumah Sakit Royal North Shore di St Leonards di Sydney, untuk tinjauan urologi dan luka bakar.

Transgender yang tak disebutkan namanya itu mengalami nekrosis, yaitu kondisi jaringan tubuh mati di ujung penis, luka bakar, bengkak, serta kemerahan di sepanjang batang penis.

Petugas medis juga melakukan tes untuk memeriksa lapisan kandung kemihnya, memasang kateter, tabung yang digunakan untuk mengalirkan urine dari kandung kemih. Mereka juga merawat lukanya.

Hasil menunjukkan bahwa nekrosis belum menyebar ke uretra dan kandung kemih. Namun, peningkatan kadar jaringan mati ditemukan saat mengganti balutan pasien.

Dalam laporan jurnal tersebut juga, dokter mencatat penanda inflamasi pasien yang mendeteksi peradangan dalam tubuh. Kondisi ini disebabkan oleh banyak penyakit termasuk infeksi.

Mereka pun terpaksa melakukan penektomi parsial darurat atau mempertahankan panjang penis agar dapat Buang Air Kecil (BAK) pada transgender tersebut. Teknik operasi ini bertujuan untuk menghilangkan jaringan mati, dan dokter dapat membuat lubang untuk uretra di ujung tunggul penis 1 cm yang tersisa.

Tim medis mengatakan mereka menyimpan sebanyak mungkin uretra pasien untuk operasi kelamin di masa depan. Transgender itu pun dipantau selama delapan hari setelah operasi. Dia kemudian dipulangkan dan dirujuk ke spesialis operasi trans. Tidak ada komplikasi setelah operasi dicatat.

Sebelum kejadian tersebut, transgender itu diketahui telah menerima terapi kekurangan androgen (ADT), yaitu terapi untuk mengurangi kadar hormon pria. Namun, terapi tersebut tak dilanjutkan lantaran ia pindah ke suatu pedesaan di Australia.




(suc/iwd)


Hide Ads