Pemkot Surabaya sudah melarang warga mencuci dan membuang rumen atau isi perut sapi atau hewan kurban di sungai karena sudah disediakan TPS untuk pembuangan. Namun nyatanya masih ditemukan warga yang masih membuang rumen di sungai.
Fakta itu diketahui saat petugas melakukan penyisiran Kalimas atau di kawasan Taman Asreboyo. Di sepanjang sungai itu masih dtemukan warga yang bandel, yang mencuci hewan kurban di tepi sungai dan membuang rumennya di sungai.
Dari pantauan detikJatim, di sungai kawasan Taman Asreboyo, Ngagel Surabaya masih ditemukan tiga titik orang mencuci rumen. Ada yang mencuci rumen sendiri, ada pula sekelompok mencuci di pinggir sungai bahkan menceburkan diri dengan menggunakan pelampung di sungai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya melakukan penyisiran di area sungai Wonokromo, Ngagel hingga Ahmad Jais. Petugas lalu mendekati dan mengingatkan baik untuk warga yang sudah mencuci rumen di sungai maupun sebelum mencuci.
Ketika menemui warga yang nekat mencuci rumen di sungai, pihaknya tidak memberikan denda administrasi dan menindak. Tetapi diberikan karung pembuangan untuk feses atau kotoran di dalam jeroan hewan kurban.
"Kalau nyuci ndak boleh, kalau rumen gak boleh dibuang di sungai takutnya sapinya ada penyakit menularkan ke sungai. Lalu estetik sungai, bau, kekeruhan juga berpengaruh. Jangan sampai sudah keruh ditambahi rumen, baunya juga ga bagus untuk wisata," kata Kepala DLH Surabaya Agus Hebi Djuniantoro saat ditemui detikJatim di Taman Asreboyo, Kamis (28/6/2023).
Hebi mengatakan kawasan Taman Asreboyo ini merupakan tempat wisata. Jika sampai ada rumen, akan mengganggu wisata yang telah dibangun Pemkot Surabaya.
"Sebisa mungkin rumen tidak dicuci. Tadi masih ada yang cuci, tapi kotoran ditaruh glangsing (karung). Nanti dibuang di TPS," ujarnya.
Hebi menyebut warga memang kerap mencuci rumen di kawasan tersebut, karena tidak terlihat dari jalan raya. Namun, tahun ini jumlahnya menurun dibandingkan tahun lalu.
"Surat edaran tanggal 17 Juni sudah meluncur ke camat dan lurah, seharusnya ada sosislisasi ke RT, RW. Kita keliling memastikan itu. Kenapa di sini, karena tempat wisata dan standar wisata. Kalau ada rumen bau gak bagus apa lagi sapi kurbannya penyakit akan berpengaruh juga," jelasnya.
Hebi berharap untuk Idul Adha tahun selanjutnya tidak ada lagi warga yang mencuci rumen di sungai. Sehingga sungai tetap bersih dari limbah kotoran hewan kurban.
"Semoga tahun depan ga ada seperti ini. Tahun-tahun sebelumnya lebih banyak yang mencuci rumen di sekitar sungai surabaya sampai jembatan petekan. Di tempat wisata sudah berkurang. Kita juga dibantu yustisi menghalau mereka supaya tidak mencuci di sungai tapi masih saja ada. Tahun depan diharapkan gak ada," pungkasnya.
(esw/iwd)