Jemaah salat Idul Adha di Masjid Al-Akbar Surabaya mencapai 40 ribu muslim. Salat Idul Adha di masjid nasional ini berlangsung dengan khusyuk.
Salat id dipimpin imam besar Masjid Al-Akbar Surabaya KH Abdul Hamid Abdullah dan khatib Prof Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA yang juga menjadi Ketua Badan Wakaf Indonesia.
Prof Nuh yang merupakan Ketua Majelis Wali Amanat ITS ini membawakan khotbah dengan tema 'Membangun Generasi yang Sholeh dan Ke-Kita-an'. Prof Nuh mengajak para jemaah meraih kemenangan bersama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salat Idul Adha ini dihadiri Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Emil Elestianto Dardak, dan jajaran Forkopimda Jatim.
Dalam khotbahnya, Prof Nuh mengatakan, ibadah haji adalah ibadah yang penuh pergerakan, sangat dinamis dalam dimensi posisi (ruang) dan waktu, yang bukan dilakukan sendirian, tetapi pergumulan dan interaksi antar jamaah atau semangat 'ke-Kita-an' atau menang bersama.
"Semangat ta'awun (saling membantu-kolaborasi-sinergi) dan ego sentris seringkali berbenturan dalam prosesi haji tersebut, dan itulah fakta dan realitas kehidupan. Memang ada filosofi yang berbeda antara kompetisi-lomba dan kolaboratif-sinergis," kata Prof Nuh di Masjid Al-Akbar Surabaya, Kamis (29/6/2023).
Menurutnya, dalam berlomba untuk meraih kemenangan, memang harus mengalahkan yang lain. Sehingga jargon utamanya adalah indeks daya saing (competitiveness index). Namun, sangat berbeda dengan kolaboratif-sinergis, di mana untuk menjadi terbaik, tidak harus mengalahkan yang lain, tetapi bisa menang bersama, sukses bersama dalam kolaborasi.
"Itulah esensi kolaborasi-sinergi dalam meraih kemenangan dan kesuksesan. Esensi ke-kitaan lebih dominan dibanding ke-aku-an. Nahnu-isme lebih dominan dibanding Ana-isme, apalagi prosesi ibadah haji tidak mengenal perbedaan berdasar unsur primordial (suku, ras, bangsa, profesi, status sosial), yang ada hanya hamba dan tamu Allah," kata Ketua Majelis Wali Amanat ITS itu.
"Tentu, harapan kita adalah bagaimana kita bisa melakukan transformasi dari saya atau aku menjadi kami, dan kami menjadi kita. Yakinlah, kedahsyatan akan diperoleh dalam bingkai kita. Kekitaan sebagai spirit (value), sedangkan gotong royong dengan prinsip kesalingan sebagai aksinya," tambahnya.
Dalam khotbah itu, mantan Mendiknas ini menjelaskan semangat ke-kitaan dan gotong royong yang dirintis oleh pendiri Bangsa dan Negara Indonesia. Semangat ini bukan lah sesuatu yang didapat secara serta merta, tetapi melalui proses yang panjang, kompleks dan berat.
"Tidakkah salat berjamaah (ke-kitaan) memiliki nilai yang jauh lebih besar dibanding salat sendirian (ke-akuan). Dan tidakkah, mendahulukan kepentingan umum (ke-kitaan), dibanding kepentingan diri (ke-akuan), termasuk bagian dari kemuliaan dan pengorbanan," kata Mustasyar PBNU itu.
Selain ibadah Haji, setiap kali memasuki bulan Dzulhijjah, masyarakat diingatkan tentang pentingnya meneladani Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, terkait pentingnya menyiapkan generasi yang memiliki keutuhan kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
"Generasi yang memiliki keutuhan kekuatan logika, etika dan estetika. Itulah nilai keteladanan yang luar biasa, yang bisa kita ambil, diantaranya pentingnya hujjah atau pola pikir berbasis rasionalitas, pola pikir terbuka di dalam proses mencari kebenaran. Juga, pentingnya membangun dalam skala dzurriyat, yang berbasis pada tiga hal, yakni tilawah, ta'allim, dan tazkiyah, sebagaimana doa Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail dalam Quran Surah 2:129," katanya.
Dalam hadisnya, Nabi Muhammad SAW mengajarkan amalan yang memiliki nilai kemanfaatan di dunia hingga di akhirat. Yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang sholeh yang mau mendoakan orang tuanya. Kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS juga mengajarkan kepatuhan sang anak kepada orang tuanya.
Nuh berharap, Masjid Nasional Al Akbar Surabaya meningkatkan perannya sebagai pengelola sumber daya strategis yang terbaik.
"Rasulullah SAW pernah bersabda: 'Barangsiapa yang mengerjakan dalam Islam, sunnah yang baik, maka ia mendapat pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala orang yang mengikutinya sedikit pun dan barangsiapa yang mengerjakan dalam Islam sunnah yang jelek maka ia mendapat dosanya dan dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa orang yang mengikuti mereka sedikitpun," katanya.
(hil/dte)