Niat dan Tata Cara Sholat Idul Adha serta Amalan Lengkapnya

Niat dan Tata Cara Sholat Idul Adha serta Amalan Lengkapnya

Izzah Putri Jurianto - detikJatim
Rabu, 28 Jun 2023 16:52 WIB
Muhammadiyah Surabaya menggelar salat Idul Adha hari ini
Ilustrasi sholat Idul Adha/Foto: Faiq Azmi/detikJatim
Surabaya -

Mayoritas umat Islam di Tanah Air akan menunaikan sholat Idul Adha pada Kamis (29/6/2023). Berikut ini niat dan tata cara sholat Idul Adha, serta amalan lengkapnya.

Hukum sholat Idul Adha adalah sunah muakad. Di mana syarat dan rukunnya hampir sama dengan sholat pada umumnya.

Sholat Idul Adha hanya dua rakaat dan biasanya ditunaikan secara berjemaah. Usai dua rakaat tersebut, ada khutbah yang harus didengarkan jemaah, sama seperti pada sholat Idul Fitri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum sholat juga ada amalan-amalan yang sayang untuk dilewatkan. Untuk lebih jelasnya yuk disimak ulasan berikut ini.

Niat dan Tata Cara Sholat Idul Adha serta Amalan Lengkapnya:

1. Niat Sholat Idul Adha

Berikut ini niat sholat Idul Adha. Baik sebagai makmum, imam dan sholat sendiri di rumah.

ADVERTISEMENT

Bacaan Arab:

أُصَلِّيْ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَـــالَى

Bacaan Latin:

Ushalli sunnatan li 'idil adlha (imaman/makmuman) rak'taini" lillahi ta'ala.

Artinya:

Aku berniat sholat sunah Idul Adha dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta'ala.

Apabila sholat Idul Adha sendiri, tidak perlu menambahkan kata 'imaman' atau 'makmuman' seperti di dalam kurung. Sebab kata 'imaman' disebut saat menjadi imam, dan 'mamkmuman' ketika menjadi makmum.

2. Tata Cara Sholat Idul Adha

Dikutip dari website resmi Nahdlatul Ulama (NU), ada sejumlah tata cara untuk melaksanakan sholat Idul Adha berjemaah. Berikut ini uraiannya:

Mengawali sholat dengan niat

Seperti dalam uraian di atas, niat disesuaikan dengan posisi detikers. Apakah sebagai imam atau makmum.

Takbiratul ihram

Setelah niat, maka melakukan gerakan takbiratul ihram seperti sholat pada umumnya

Membaca doa iftitah dan takbir 7 kali

Membaca doa iftitah sebagai pembuka rakaat. Kemudian, dilanjutkan membaca takbir sembari mengangkat tangan sebanyak tujuh kali selama rakaat pertama. Selama takbir, dianjurkan untuk melafalkan bacaan berikut ini.

Bacaan Arab:

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Bacaan Latin:

Allahu akbar kabira walhamdu lilahi katsira wa subhanallahi bukratan wa ashila.

Artinya:

Allah Mahabesar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Mahasuci Allah, baik waktu pagi dan petang.

Umat Islam juga bisa membaca bacaan berikut ini.

Bacaan Arab:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

Bacaan Latin:

Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar.

Artinya:

Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Maha besar.

Membaca Surat Al-Fatihah

Membaca Surat Al-Fatihah. Selanjutnya, ada anjuran untuk mengikutinya dengan surat al-A'la.

Ruku hingga sujud rakaat pertama

Melakukan rangkaian gerakan ruku, i'tidal, sujud, duduk di antara dua suju, hingga berdiri untuk bersiap rakaat kedua.

Takbir 5 kali di rakaat kedua

Saat rakaat kedua, takbir dilakukan sebanyak lima kali seraya melafalkan 'allahu akbar'. Di sela-sela takbir, bisa membaca ayat-ayat seperti saat rakaat pertama.

Membaca Surat Al-Fatihah

Dilanjutkan lagi dengan surat Al-Fatihah, dengan diikuti surat al-Ghasyiyah.

Ruku hingga sujud rakaat kedua

Lanjut ke gerakan ruku, i'tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, kemudian ditutup dengan salam.

Khutbah Idul Adha

Selepas sholat, jemaah harus tetap di tempat untuk mendengarkan khutbah Idul Adha.

3. Amalan Sunah Sebelum Sholat Idul Adha

Mandi Sebelum Salat Idul Adha

Anjuran amalan sunah yang kedua ialah mandi sebelum salat Idul Adha. Itu sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadis, bahwasanya Nabi Muhammad SAW mandi pada hari Idul Fitri dan Idul Adha.

Mandi yang dimaksud boleh dilakukan pada waktu pertengahan malam, sebelum waktu subuh hingga setelah masuk waktu subuh. Anjuran mandi ini untuk umat Islam yang akan melaksanakan salat Id, maupun yang sedang udzur syar'i sehingga tidak mengikuti salat Id.

Memakai Baju Terbaik

Anjuran yang ketiga adalah memakai pakaian yang terbaik untuk Salat Idul Adha. Pakaian terbaik bukan dimaksudkan sebagai pakaian paling mahal.

Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah SAW menyuruh kami agar memakai pakaian terbaik dan wewangian terbaik yang kamu miliki pada dua hari raya. (HR. Al-Hakim).

Menggunakan Wewangian, Memotong Rambut dan Kuku

Selain itu, disunahkan juga memotong rambut dan kuku agar dapat memperoleh keutamaan dari hari raya tersebut. Amalan sunah ini berdasarkan keterangan dalam kitab Al-Majmu' Syarhul Muhaddzab yang menyebutkan bahwa:

والسنة أن يتنظف بحلق الشعر وتقليم الظفر وقطع الرائحة لانه يوم عيد فسن فيه ما ذكرناه كيوم الجمعة والسنة أن يتطيب

"Disunahkan pada Hari Raya Id membersihkan anggota badan dengan memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau badan yang tidak enak, karena amalan tersebut sebagaimana dilaksanakan pada Hari Jumat, dan disunahkan juga memakai wangi-wangian".

Berjalan Kaki Saat Berangkat dan Pulang Salat Idul Adha

Sunah yang kelima menganjurkan umat Islam pergi ke tempat salat Idul Adha dengan berjalan kaki, agar dapat bertegur sapa dan bersalaman dengan sesama, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

كَانَ يَخْرُجُ إلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا

Artinya: Rasulullah SAW berangkat untuk melaksanakan salat Id dengan berjalan kaki, begitu pun ketika pulang tempat salat Id.

Selain itu, ada pula anjuran sunah yang dikutip dari laman Kementerian Agama, yang menganjurkan pulang dari tempat salat Id dengan melewati jalur berbeda dari jalur berangkat, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis berikut ini.

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika salat Id, beliau lewat jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang". (HR. Al Bukhari).

Amalan sunah yang dianjurkan bagi umat Islam selanjutnya yakni menunda makan sebelum menunaikan salat Idul Adha. Ini berbeda dengan saat Idul Fitri yang dianjurkan untuk makan terlebih dahulu.

Amalan ini berdasarkan kebiasaan Rasulullah yang tercantum dalam hadis 'Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ

Artinya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berangkat salat ied pada hari Idul Fitri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari salat ied baru beliau menyantap hasil kurbannya. (HR. Ahmad 5: 352. Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan).




(sun/dte)


Hide Ads