Panji lahir di Dusun Siraman, Desa Sembung Anyar, Gresik. Hingga saat ini rumah peninggalan orang tua Panji seluas 10x50 meter persegi di dusun itu masih berdiri kokoh dengan mempertahankan keaslian bangunan seperti ketika pertama kali didirikan.
Mustakim (52), warga Dusun Siraman tetangga Panji Gumilang mengaku sudah cukup lama mengenal sosok pemimpin Ponpes Al-Zaytun itu. Dia ceritakan bahwa setiap hari raya Idul Fitri dan Idul Adha pria bernama lengkap Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang ini selalu pulang ke kampung halaman.
"Setiap tahun pas hari raya selalu pulang ke sini. Karena biasanya nyekar ke makam orang tuanya," kata Mustakim saat ditemui detikJatim, Sabtu (24/6/2023).
Dia menambahkan bahwa pada momen Idul Fitri itu Panji Gumilang kerap membagikan sembako dan zakat uang layaknya tunjangan hari raya (THR) kepada warga yang ada di 3 Dusun. Yakni Dusun Siraman, Dusun Sembungan, dan Dusun Gopakan.
"Semua warga tiga dusun itu dikasih sembako dan uang. Biasanya Rp 250 ribu per kepala keluarga kalau Idul Fitri. Kalau Idul Adha nyembelih dua sapi limosin dan sembako dibagikan ke warga juga," kata Mustakim.
Teguh, tetangga Panji yang lain juga menyebutkan hal senada. Dia bahkan menyatakan bahwa pemberitaan yang beredar saat ini tentang Panji sangat bertentangan dengan akhlak yang ditunjukkan saat pulang ke kampung halamannya.
"Kalau saya nggak percaya pak Panji mengajarkan ajaran sesat. Ya mungkin ini tahun politik mas, biasanya kan menjelang tahun politik begini banyak berita-berita soal agama yang dibuat senjata," kata Teguh.
Teguh menjelaskan bahwa selama ini Panji Gumilang selalu baik kepada warga terutama para tetangga. Bahkan, jika ada keluarga yang tidak mampu untuk biaya sekolah, Panji Gumilang selalu membantu.
"Kalau lebaran kan biasanya pulang ke sini. Lha Idul Adha besok kayaknya ke sini juga. Itu sudah beli sapi dua ekor besar-besar. Biasanya ada warga yang menyampaikan butuh bantuan, saat itu biasanya pak Panji suruh adiknya ngecek dan langsung dibantu," kata Teguh.
![]() |
Sementara itu, Fandi (57) warga Desa Padang Bandung, Dukun mengatakan bahwa dirinya tidak begitu tahu soal Panji Gumilang. Selama ini dia hanya mendengar nama Panji Gumilang dan belum bertemu secara langsung.
"Kalau nama pernah dengar, kalau bertemu langsung belum pernah. Baru tau orangnya pas lihat video yang beredar itu," kata Fandi.
Menurut Fandi, apa yang disampaikan Panji Gumilang dari video yang beredar sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam yang selama ini diajarkan Rasulullah. Ia merasa malu dengan adanya warga kelahiran Kota Para Wali yang mengajarkan aliran sesat.
"Ya malu mas. Saya sebagai warga Gresik apalagi kecamatan yang sama merasa malu. Ini kota yang terkenal dijuluki sebagai Kota Santri dan Kota para wali," kata Fandi.
Panji Gumilang disorot karena sejumlah pernyataannya yang kontroversial. Pimpinan ponpes yang berada di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar itu sempat membuat pernyataan soal dibolehkannya perzinahan.
Seperti dilansir dari detikJabar, Panji menyatakan bahwa berzina itu asalkan ditebus. Dia juga sempat mengungkapkan tentang paham komunisme, menyebut Indonesia sebagai tanah suci sama halnya dengan tanah haram di Mekah.
Selain itu, Ponpes Al-Zaytun yang dia pimpin juga disorot akibat foto pelaksanaan Salat Idul Fitri yang menempatkan jemaah perempuan di saf terdepan dan menjadi imam khatib.
Merespons ragam kontroversi ponpes itu, Lembaga Bahtsul Masail PWNU Jabar sempat menyampaikan penilaian tentang sejumlah kegiatan keagamaan di Al-Zaytun yang menyimpang. Mereka pun mendesak agar pemerintah menindak tegas pondok yang dipimpin Panji Gumilang itu.
Pakar LBM PWNU Jabar Kiai Yazid Fatah menyebut ada beberapa poin terkait polemik Al-Zaytun yang jadi topik bahasan dan dikaji dalam bahtsul masail di SMA NU Karanganyar Pondok Pesantren Hidayatut Tholibin Desa Karanganyar, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu pada Kamis (15/6).
Dalam siaran persnya disebutkan soal istidlal atau pengambilan dalil pihak Al-Zaytun dalam pelaksanaan salat berjarak yang didasarkan pada QS.Al Mujadalah ayat 11. Dipertanyakan, apakah itu bisa dikategorikan menyimpang dari ajaran Aswaja.
"Jawabannya, sangat menyimpang dari Aswaja, dan termasuk menafsirkan Al-Qur'an secara serampangan yang diancam Nabi masuk neraka. Istidlal pihak Al-Zaytun tidak memenuhi metodologi penafsiran ayat secara ilmiah, baik secara dalil yang digunakan ataupun madlul atau makna yang dikehendaki," kata Kiai Yazid.
(dpe/iwd)