Asuransi ini kerja sama Dipertahankan Ponorogo dengan PT Jasindo. Asuransi ini untuk mengurangi kerugian petani saat menghadapi gagal panen.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menjelaskan saat ini kondisi iklim tidak menentu. Dia tidak ingin para petani menderita kerugian akibat gagal panen, serangan hama maupun bencana banjir.
"Kami tidak ingin menghadapkan petani dengan nasib. Apalagi kadang musim iklim tidak menentu. Makanya kami siapkan jalan tengah dengan adanya asuransi dengan PT Jasindo," tutur Giri kepada wartawan, Rabu (21/6/2023).
Giri menerangkan adanya asuransi ini untuk menenangkan para petani. Sekaligus sebagai bentuk upaya pemerintah agar petani tidak berhadapan dengan nasib tidak menentu.
"Asuransi ini 80 persen bersumber APBN dan 20 persen APBD," terang Giri.
Politisi PDIP ini pun mulai mengatur mekanisme pertanian dengan cara mengurangi biaya tanam. Bisa pakai irigasi, pompa diesel maupun pompa listrik. "Kami rencana listrik masuk sawah sebentar lagi kami launching. Kami membuat konsep rojo koyo ada sawah, kambing, sapi dan ayam," imbuh Giri.
Pun juga padi, lanjut Giri, sebagai komoditas utama pertanian di Ponorogo. Juga dibuat sebagai cadangan pangan selama 4 bulan. "Ada juga sekolah peternakan, kotoran dibuat kompos. Membuat circle pertanian lebih cerdas dari kita," jelas Giri.
Sementara, Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan) Masun menambahkan lahan yang masuk ke asuransi merupakan lahan sasaran endemik banjir, kering maupun Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
"Kita hitung kurang lebih 1.000 hektare lahan milik 148 petani yang pas untuk diasuransikan," kata Masun.
Asuransi ini diberikan setiap kali per musim tanam. Atau sekitar 3 hingga 4 bulan sekali. Sebab, petani padi bisa menghadapi puso atau gagal panen. Hal ini merupakan komitmen Kementan dan Pemkab Ponorogo untuk menjamin kesejahteraan para petani di Bumi Reog.
"Intensitas kerugian 75 persen dari total lahan maka bisa dijamin asuransi," pungkas Masun.
(ncm/ega)