Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawanaa mengimbau waspada bencana kekeringan. Pemprov Jatim pun siap membantu kabupaten/kota yang membutuhkan dropping air bersih.
"Kita harus waspadai berikutnya adalah potensi bencana kekeringan. Kita siap membatu dropping air bersih," kata Khofifah, Sabtu (17/6/2023).
Khofifah mengutip informasi dari Inarisk-BNPB yang menyebut Jatim memiliki tingkat bahaya kekeringan yang cukup tinggi. Pasalnya, kekeringan di Jawa timur Tahun 2023 berpotensi terjadi di 27 Kabupaten/kota terdiri dari 1.617 dusun, 844 desa/kelurahan dan 221 Kecamatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Estimasi Penduduk terdampak dari kekeringan di Jawa Timur tahun 2023 sebanyak 1.6664.433 jiwa/655.277 KK. Sebanyak 844 desa/kelurahan terbagi dalam 500 kering kritis, 253 kering langka dan 91 kering langka terbatas.
Khofifah menyatakan tim gabungan dari BNPB, BPBD, sinergi Pemkab dan Pemkot, serta komunitas relawan telah disinergikan guna memaksimalkan upaya pencegahan maupun penanggulangan bencana kekeringan.
"Melihat penurunan dari kasus Karhutla, kita optimis bahwa kekeringan di Jatim akan bisa ditanggulangi dengan baik. Tentunya dengan gabungan dari BNBP, BPDB, Pemda, dan para relawan," jelasnya.
Tak hanya itu, BPBD Jatim juga sejauh ini telah melaksanakan dropping air bersih ke beberapa desa Terdampak di Jatim melalui anggaran APBD Jatim. Pemberian bantuan berupa Tandon dan Jerigen telah dilakukan 38 daerah dengan rincian sebanyak 350 buah Tandon dan 10.000 buah Jerigen.
Dia menambahkan pengiriman air bersih saat ini telah dilakukan di Situbondo pada 24 Mei 2023 lalu. Pengiriman Air bersih PDAM dilakukan ke lokasi wilayah yang terdampak kekurangan air bersih akibat mesin pompa bor (sibel) rusak sehingga air tidak dapat mengalir ke rumah warga. Lokasi pengiriman yaitu di Kampung Polay Desa Jatisari, Kecamatan Arjasa.
Selain itu, pengiriman air bersih juga sudah dilakukan ke Kabupaten Blitar. Pengiriman air bersih PDAM ini dilakukan akibat adanya kekurangan air bersih imbas kerusakan saluran air di hulu Sungai Lekso di Desa Tangkil Kecamatan Mlingi.
"Kita akan terus melakukan mitigasi dan penanganan untuk bencana-bencana di musim kemarau ini, baik antisipasi kebakaran hutan dan lahan maupun kekeringan. Mohon semuanya saling mawas diri dan meningkatkan kewaspadaan," tegasnya.
Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto menyatakan saat ini pihaknya belum mendapat laporan terkait kekeringan kritis yang melanda kabupaten/kota.
"Hingga Sabtu ini belum ada laporan. Kami memperkirakan puncak kekeringan akan terjadi pada akhir Juni sampai Agustus 2023. Kekeringan kritis akan jadi fokus kami, di mana jarak sumber air dari pemukiman warga di atas 3 Km," tandasnya.
Diketahui BNPB telah menyebutkan bahwa musim kemarau 2023 di Jawa Timur diperkirakan terjadi pada Mei 2023 hingga September 2023. Puncak musim kemarau akan terjadi akhir Juli dan Agustus 2023 bagi sebagian wilayah di Jatim.
(dpe/fat)