Reaksi Ortu Siswa SD-SMP Surabaya yang Diwajibkan Ikut MOS

Reaksi Ortu Siswa SD-SMP Surabaya yang Diwajibkan Ikut MOS

Deny Prastyo - detikJatim
Jumat, 16 Jun 2023 18:23 WIB
Masa Orientasi SMK 1 Yuppentek
Ilustrasi masa orientasi siswa. (Foto: Aditya Fajar Indrawan/detikcom)
Surabaya -

Dinas Pendidikan Kota Surabaya (Dindik) tahun ini akan menerapkan Masa Orientasi Siswa (MOS) yang melibatkan orang tuanya. Rencananya para orang tua akan mengikuti MOS selama sehari.

Para orang tua pro dan kontra soal program baru dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya ini. Salah satunya Ali (41) warga Wonocolo, Surabaya. Dia mengaku program ini bentuk kemunduran.

"Sebagai orangtua tidak setuju, karena itu kemunduran. Karena sudah jelas MOS itu masa orientasi siswa. Biarkan dia beradaptasi dengan sekolahnya, dengan temennya, dengan gurunya, itu tujuannya MOS," ungkap Ali kepada detikJatim, Jumat (16/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan untuk menyingkronkan program sekolah dan aktivitas orangtua, menurut Ali harusnya diberikan waktu tersendiri untuk membahas hal tersebut.

"Kalau menyingkronkan progam sekolah dengan orangtua, itukan kasih waktu sendiri (Diberi waktu di kemudian hari)," tandas Ali.

ADVERTISEMENT

Sementara ungkapan berbeda diucapkan Budi (40) warga Simo yang menunggu putranya masuk seleksi salah satu SMP Negeri di Surabaya.

Dia pun mengaku setuju dengan rencana Dindik Kota Surabaya yang akan menerapkan MOS dengan melibatkan orang tua. Menurutnya, dengan cara begitu orang tua akan turut memahami situasi di sekolah.

"Setuju sekali. Karena ini penting, untuk mengenal situasi sekolah nantinya seperti apa. Jadi sama-sama mengerti dan bisa memberikan pemahaman kepada anak kita masing-masing," kata Budi.

Budi menjelaskan bahwa dengan orang tua dihadirkan langsung saat MOS, mereka juga bisa sama-sama mendengarkan program-program di sekolah yang akan dijalankan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan seperti bullying oleh sesama siswa.

"Penting sekali, ketika jam waktu pulang sekolah harus jelas jam berapa. Jadi kita bisa sama-sama memantau. Selain itu, kita juga bisa memberikan pemahaman bahwa ketika di sekolah anak-anak harus bertutur kata dengan baik dengan sesama teman, agar tidak ada bullying di sekolah," jelasnya.

Sama halnya dengan Bakrie yang menunggu pengumuman putranya masuk SDN di wilayah Gubeng. Dia mengaku setuju dengan rencana Dindik Kota Surabaya yang akan menerapkan MOS melibatkan orang tua.

"Pada intinya kita sepakat saja asalkan MOS itu bertujuan untuk membangun. Artinya kalau untuk membangun kedisiplinan anak, mental anak tidak ada masalah. Asalkan MOS dilakukan dengan tidak membebani siswa maupun orang tua siswa. Baik secara materi maupun lainnya," kata Bakrie.

Dia berharap kepada Dindik Kota Surabaya agar MOS yang melibatkan orangtua agar dijalankan dengan penyeragaman. Agar nantinya tidak timbul perbedaan yang mengakibatkan bullying pada anak di Sekolah.

"Misalkan dengan penyeragaman sehingga tidak ada perbedaan mencolok antara siswa dari keluarga yang berada atau keluarga yang kurang berada. Agar hal itu tidak menimbulkan bullying untuk ke depan," ujar Bakrie.

Bakrie juga menyampaikan harapan bahwa MOS kali ini tidak hanya melibatkan orang tua, tetapi seragam yang dipakai siswa juga tidak dibeda-bedakan saat MOS. Karena menurutnya hal itu akan memicu bullying.

"Makanya harus diseragamkan, semisal memakai kaos polos warna putih dan sepatu, itu harus sama. Kalau itu memberatkan orang tua, bisa pakai seragam olahraga dari TK masing-masing sehingga bisa menjadi penyamarataan. Usulan kami sebagai orang tua pakaian saat MOS itu diseragamkan," katanya.




(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads