Jelang Idul Adha peternak sapi di Pasuruan resah. Penyebaran penyakit lumpy skin disease (LSD) pada sapi relatif cepat. Sementara, vaksinasi untuk mengantisipasi penyebaran penyakit itu cenderung lambat.
"Terus terang peternak resah. Kemarin ada PMK sekarang ada LSD. Regenerasi sapi terganggu, banyak peternak yang ngurangi sapi. Yang dijual di pasaran berkurang sampai 40 persen," ujar Ketua Paguyuban Peternak dan Pedagang Dading Sapi Pasuruan Raya, Muhammad Habibi, Kamis (15/6/2023).
Habibi menyebut bahwa anggota paguyuban yang dia pimpin mencapai 864 orang. Sebanyak 344 adalah peternak sedangkan lainnya pedagang daging. Ia mengaku terus berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Kabupaten Pasuruan untuk membantu sosialisasi vaksinasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami koordinasi terus sama dinas, bantu sosialisasi soal vaksinasi. Memang banyak peternak yang ogah sapinya divaksin dengan berbagai alasan," jelasnya.
Selain kesadaran vaksinasi Habibi mengakui bahwa keterbatasan petugas di lapangan juga menyebabkan vaksinasi pencegahan LSD lambat. "Memang petugas sangat minim, satu kecamatan cuma satu petugas medis hewan," jelasnya.
Sebelumnya, jumlah kasus LSD di Pasuruan per 10 Juni sudah mencapai 193 ekor baik sapi perah maupun sapi potong. LSD di Pasuruan terdeteksi di 14 kecamatan. Kecamatan Sukorejo, Rembang, dan Gempol tercatat memiliki kasus terbanyak dengan masing-masing 49 kasus, 31 kasus, dan 29 kasus.
Sementara itu di Kecamatan Pandaan ada 10 kasus, Prigen 10 kasus,Purwosari 12 kasus, Beji 11 Kasus, Bangil 19 kasus, dan Tutur 12 kasus. Sedangkan di Kecamatan Gondangwetan, Kraton, Nguling, Purwodadi dan Puspo masing-masing tidak lebih dari tiga kasus.
Dinas peternakan setempat sebenarnya sudah mengantisipasi penyebaran LSD sejak tahun lalu. Vaksinasi sudah dilakukan mulai Oktober 2022 namun belum optimal. Sebanyak 61.330 vaksin dialokasikan, namun yang sudah tiba baru 29.109 vaksin.
(dpe/iwd)