Musabaqah Qira'atil Kutub (MQK) Jatim 2023 atau lomba baca kitab yang diselenggarakan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Jatim menuai kekecewaan dari sejumlah pihak. Muncul desakan Kemenag Jatim dievaluasi buntut MQK 2923 yang amburadul.
Ketua Harian Nusa Bangsa Indonesia (NBI) Holding Sugiharto mengaku heran sekaligus kecewa dengan perhelatan MQK Jatim 2023. Harusnya MQK Jatim jadi ajang prestisius bagi para santri. Sayangnya, para juara terutama juara peringkat 1, 2, dan 3 tidak diberikan penghargaan yang layak sebagai bentuk penghormatan.
"Tidak habis pikir para juara hanya dikasih map atau piagam saja. Itu pun hanya sebagian yang dikasih," kata Sugiharto kepada detikJatim, Selasa (13/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang akrab disapa Totok ini menyebut, Kemenag Jatim tidak serius dan tidak profesional dalam mempersiapkan acara tersebut. Selain itu tidak ada transparansi anggaran sejak awal apakah pemenang diberi hadiah atau tidak.
"Kami berharap kinerja Kemenag Jatim ini dievaluasi oleh Komisi VIII DPR RI. Kasihan para santri yang juara pulang dengan tangan hampa. Harus jelas transparansi sejak awal kalau membuat acara. Kasihan ini para pemenang," jelasnya.
Meski para santri yang juara tidak mengharapkan hadiah, Totok menyebut Kemenag Jatim harusnya menyiapkan penghargaan sebagai motivasi agar santri terus belajar dan berkembang.
"Masak ada hadiah diserahkan ke daerah masing-masing. Namanya hadiah itu ya harusnya diterima di atas panggung oleh para juara. Kalau tidak siap ya jangan ngadakan acara," ungkapnya.
Belum lagi, lanjut Totok, Jatim akan jadi tuan rumah pada pelaksanaan MQK Nasional. Pihaknya berharap Presiden RI Joko Widodo menegur kinerja Kemenag Jatim.
"Kalau yang level Jatim saja tidak becus, bagaimana nanti kalau level nasional. Ini masalah serius. Kemenag harus peka, apalagi menterinya dari kalangan santri," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, MQK Jatim 2023 digelar di Pondok Pesantran Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto. Suara-suara bernada kekecewaan itu seliweran di media sosial sepekan terakhir. Mereka yang protes menilai Kanwil Kemenag Jatim hingga jajaran di bawahnya tak profesional.
Salah satunya disuarakan delegasi dari Kota Kediri. Seorang pembimbing peserta, Mundzir Muhammad menceritakan sejak awal ketidakprofesionalan Kemenag Jatim.
"Kami cari-cari info, ya itu memang bukan salah Ammanatul Ummah selaku panitia. Soalnya mereka menggelar acara itu juga atas biaya sendiri, tidak ada dana yang turun dari Kemenag Jatim," ungkap Mundzir.
(hil/dte)