Sengkarut MQK Jatim 2023: Kompetisi Elite, Hadiah Sulit

Round Up

Sengkarut MQK Jatim 2023: Kompetisi Elite, Hadiah Sulit

Dida Tenola - detikJatim
Selasa, 13 Jun 2023 07:00 WIB
MQK Jatim 2023
Para juara MQK Jatim 2023 cuma diberi hadiah piagam bertuliskan spidol. (Foto: Dok. Istimewa)
Surabaya -

Kompetisi Musabaqah Qira'atil Kutub (MQK) Jatim 2023 yang digelar Kanwil Kemenag Jatim panen cibiran. Ajang yang mempertemukan santri dan santriwati dari Ponpes seluruh Jatim itu harusnya jadi kompetisi elite yang bergengsi. Sayangnya, pelaksanaan event tersebut sudah amburadul sejak awal.

MQK Jatim 2023 digelar di Ponpes Ammanatul Ummah Pacet, Mojokerto. Acara sedianya digelar 5-8 Juni 2023, namun pada akhirnya harus berakhir lebih cepat pada 7 Juni 2023 tanpa ada penjelasan.

Sengkarut MQK Jatim 2023 tersebut pada akhirnya membuat sejumlah peserta buka suara di media sosial. Mereka mengkritik fasilitas saat acara hingga hadiah yang cuma berupa piagam, ditulis dengan spidol dan dimasukkan map.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak ada perencanaan hadiah dari awal sampai berakhirnya acara. Minimal ada trofi atau biaya (uang pembinaan) meskipun nggak langsung. Cuma diberi kertas piagam dimasukkan dalam map yang ditulis dengan spidol," ungkap pembimbing peserta MQK Jatim 2023 delegasi Kota Kediri, Gus Iman Kafa dihubungi detikJatim melalui telepon, Senin (12/6/2023).

Gus Iman Kafa mengungkapkan, total ada 60 delegasi dari Kota Kediri. Pada akhirnya, Kota Kediri menjadi juara umum.

ADVERTISEMENT

Selama perhelatan acara di Ammanatul Ummah, Gus Iman Kafa menyebut ada banyak keganjilan. Salah satunya soal berubahnya regulasi lomba tanpa ada penjelasan dari Kemenag Jatim.

"Ada beberapa kejadian ganjil yang berkaitan dengan lomba. Regulasinya di sebagian sektor dianggap berantakan. Contohnya 6 peserta awalnya dinyatakan lolos, termasuk peserta dari Lirboyo. Sudah siap-siap, ternyata pagi harinya disampaikan regulasinya berubah, hanya 3 orang saja terpilih," urainya.

"Ini semacam dikasih sebuah harapan palsu. Nggak ada penjelasan sama sekali," sambungnya.

Menurutnya, ada kategori lomba yang melalui penyisihan, tapi ada juga yang sekali tahap saja. Padahal mestinya penyisihan dulu, baru final.

"Peserta sebenarnya banyak, tapi entah kok langsung final, ucapnya.

Gus Iman Kafa lantas mencoba membandingkan dengan kompetisi yang punya level sejenis di Jawa Barat. Di sana para peserta dibuat nyaman.

"Acara sama dengan level sama di Jabar itu difasilitasi. Mulai hotel sampai uang saku. Peserta betul-betul dihargai," tutur Gus Iman Kafa.

Gus Iman Kafa juga menegaskan bahwa keterbatasan acara MQK Jatim 2023 itu bukan salah Ammanatul Ummah selaku tuan rumah. Bahkan, Ammanatul Ummah sudah banyak berkorban menyukseskan acara itu.

"Fasilitas tidak memadai, ternyata Kemenag Jatim tidak ada dana. Saya dapat info valid dari orang-orang terdekat Ammanatul Ummah, yang nanggung acara Kiai Asep (pengasuh ponpes)," tambahnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang pembimbing peserta asal Kota Kediri lainnya, Mundzir Muhammad. Dia menceritakan sejak awal ketidakprofesionalan Kemenag Jatim hingga jajaran di bawahnya.

"Proses seleksi sudah ruwet sejak awal, sudah banyak problem yang dihadapi pembimbing peserta. Harusnya PD Pontren Kota Kediri yang handle seleksi dalam kota, itu kewajiban Kemenag Kota. Cuma realita yang ada, justru mereka tidak mau meng-handle total," cerita Mundzir.

Mundzir melanjutkan, proses seleksi itu kemudian diserahkan ke masing-masing pondok pesantren. Para pembimbing harus menyiapkan acara seleksi sendiri. Parahnya, PD Ponten Kota Kediri juga tidak mau mengeluarkan biaya sepeserpun untuk acara seleksi sekelas satu kota.

"Setelah kami desak, akhirnya ada sedikit. Dikasih uang Rp 1 juta, awalnya malah cuma ngasih Rp 500 ribu. Itu seleksi tingkat kota loh," sebutnya.




(hil/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads