Risma datang dan membawakan beberapa bingkisan serta bantuan kursi roda untuk Ponisri. Sehari-hari Ponisri dan anaknya tinggal di rumah semipermanen.
"Semoga bisa membantu," kata Risma kepada Ponisri, Minggu (12/6/2023).
Sementara itu, Kabag Tata Usaha Setra Terpadu RS Prof Suharso Surakarta, Probo Retno mengatakan, pihaknya akan membawa Ponisri untuk diperiksa di RSUD Sidoarjo. Setelah diketahui penyakitnya, baru akan ditentukan bantuan apa yang akan diberikan untuk Poniri dan keluarganya.
"Kalau memang butuh perawatan intensif ke rumah sakit yang juga lebih besar kami akan bawa ke Surakarta bersama dengan anaknya," jelas Probo.
Selain memberi bantuan kursi roda dan pengobatan, pemerintah juga akan menyekolahkan Abdul Majid. Terakhir dia menempuh pendidikan Madrasah Tsnawiyah (MTs).
"Anaknya mau sekolah, nanti lihat juga hasilnya kalau ibunya butuh perawatan intensif dia akan ikut sekolah di Surakarta," imbuh Probo.
Sementara itu Abdul Majid mengatakan bahwa dirinya terpaksa tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA atau SMK karena merawat ibunya yang mulai sakit-sakitan. Bahkan, ia rela bekerja menjadi buruh tambak dan buruh bangunan.
"Saya yang mengurus semuanya, masak, mandi, bahkan saya mulai ambil kerja serabutan jadi kuli atau buruh tambak," ungkap remaja itu.
Ponisri sebenarnya memiliki tiga orang anak. Anak sulungnya meninggal saat masih kecil, sedangkan anak keduanya ikut pergi bersama istrinya. Ponisri mengungkapkan bahwa dirinya mulai merasakan pegal dan nyeri di beberapa bagian tubuhnya sejak tahun 2016.
"Saya hanya berobat di puskesmas saja dan dari puskesmas bilangnya nggak papa karena pegal kolesterol tinggi," kata Ponisri.
Tapi kondisi Ponisri tak kunjung membaik. Rasa nyeri dirasakan amat sakit hingga pada 2019 kedua kakinya tidak bisa digerakkan.
Puncaknya di tahun 2021 lalu dirinya mengalami kesulitan untuk melihat.
"Saya bingung, saya hanya bisa begini saja, saya juga kasihan sebenarnya sama anak saya," tandas Ponisri.
(dpe/dte)