Nabi Muhammad SAW wafat pada Hari Senin, 12 Rabi'ul Awal tahun 11 Hijriah atau 8 Juni 632 Masehi. Rasulullah wafat di usia 63 tahun.
Itu seperti dikutip detikEdu dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Ibtidaiyah Kelas V karya Yusak Burhanudin dan Ahmad Fida'. Sebelum wafat, Rasulullah SAW sempat sakit dalam beberapa waktu.
Nabi Muhammad SAW jatuh sakit saat pulang dari haji Wada' atau dua hari terakhir di bulan Safar. Beliau demam dengan suhu tubuh yang tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat sakit yang diderita mencapai puncaknya, Rasulullah meminta izin pada istrinya yang lain untuk menetap di kediaman Aisyah RA. Sakitnya berlanjut sampai sepuluh hari.
Hari-hari Terakhir Nabi Muhammad SAW Sebelum Wafat:
1. Tetap Berusaha Salat Berjemaah di Masjid
Namun beliau tidak melalaikan salat. Bahkan beberapa kali datang untuk salat berjemaah di masjid.
Kondisi Nabi Muhammad SAW waktu itu tidak memungkinkan ia menjadi imam salat. Sehingga Abu Bakar Ash-Shiddiq menggantikan perannya.
"Beberapa hari terakhir, Abu Bakar Ash-Shiddiq telah menjadi imam salat menggantikan Nabi Muhammad. Kemudian, dua hari sebelum wafat, Nabi Muhammad SAW keluar untuk menunaikan salat zuhur dan meminta untuk didudukkan di samping Abu Bakar," tulis Yusak Burhanudin dan Ahmad Fida'.
Rasulullah SAW beberapa kali meninggalkan wasiat kepada kaum muslimin menjelang wafat. Salah satunya wasiat tentang larangan menjadikan kuburan beliau sebagai berhala untuk disembah.
Nabi Muhammad SAW juga mempersilakan orang-orang untuk membalas apa pun yang pernah dilakukannya, seperti hukuman cambuk dan sebagainya. Kemudian, Rasulullah SAW juga melunasi utangnya kepada para sahabat.
Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW kembali berniat memimpin salat subuh berjemaah di masjid. Namun rasa sakit yang dideritanya semakin tidak tertahankan. Beliau digantikan lagi oleh Abu Bakar sebagai imam salat.
Saat berangkat ke masjid pun, beliau dibantu perlahan oleh Ali dan Fadil bin Abbas. Usai salat, Nabi Muhammad SAW sempat memberi wasiat pada jemaah salat subuh waktu itu.
Awalnya mereka mengira Rasulullah SAW telah kembali sehat. Mereka tidak menyangka itu menjadi salat berjemaah terakhir bagi Nabi Muhammad SAW.
Setelah kembali ke rumah, beliau merasa ajalnya segera tiba. Kemudian beliau memanggil keluarganya. Mulai dari anak cucu hingga para istrinya.
"Rasulullah wafat sewaktu matahari sudah naik atau tepatnya saat hari telah siang. Fatimah, putri beliau, berkata sendu sambil menghampirinya," tulis buku Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-sumber yang Otentik karya Mahdi Rizqullah Ahmad, Anis Maftukhin, dan Yessi HM. Basyaruddin.
2. Air mata Para Sahabat Saat Rasulullah Wafat
Abu Bakar berada di daerah Sunh ketika Rasulullah wafat. Sampai di depan jenazah Rasulullah, ia membuka penutup kain jenazah dan menciumnya sembari menangis.
"Demi ayah bundaku, Allah tidak akan menghimpunkan dua kematian kepada Anda. Sesungguhnya maut yang telah dipastikan atas diri Anda telah disempurnakan-Nya sekarang," kata Abu Bakar.
Sementara Umar bin Khattab marah besar dan menolak percaya kabar wafatnya Rasulullah. Tidak lama kemudian ada Abu Bakar yang menenangkan Umar.
Wafatnya Nabi Muhammad SAW dirasakan bagai petir yang menyambar oleh para sahabat. Abu Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi dalam Sirah Nabawiyah menuliskan, saat Rasulullah wafat adalah hari yang sangat gelap, menyedihkan, dan bencana bagi kaum muslimin.
Anas dan Abu Sa'id al-Khudri mengatakan, "Pada hari Rasulullah SAW datang ke Madinah, bersinarlah segala sesuatu. Ketika Beliau wafat, semuanya menjadi gelap."
Catatan dari buku Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-sumber yang Otentik, pada saat itu, kaum muslimin masih berada dalam kondisi kebimbangan, antara menolak atau mempercayai bahwa Rasulullah sudah wafat.
Ia menggambarkan suasana wafatnya Rasulullah SAW pada saat itu begitu suram dan mencekam bagi kaum muslimin di Madinah. Semoga setelah memahami kisah wafatnya Rasulullah ini, ada hikmah yang bisa kita petik di dalamnya ya, detikers. Aamiin.
(sun/fat)