Umat Islam dianjurkan untuk puasa Arafah pada 9 Zulhijah, atau sehari sebelum merayakan Idul Adha. Berikut ini tata cara puasa Arafah.
Puasa Arafah hukumnya sunah. Namun sangat dianjurkan bagi muslim yang tidak menunaikan ibadah Haji.
Puasa Arafah juga sayang untuk dilewatkan karena memiliki beberapa keutamaan. Salah satunya, puasa Arafah menghapus dosa-dosa selama dua tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Puasa Arafah (9 Zulhijah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharam) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu". (HR Muslim).
Tata Cara Puasa Arafah:
Berikut ini tata cara puasa Arafah yang dirangkum dari situs resmi Nahdlatul Ulama (NU).
1. Niat
Niat puasa Arafah bisa dalam hati maupun dilafazkan. Alangkah baiknya niat dilakukan saat malam hari sampai sebelum terbit fajar.
Namun apabila lupa membaca niat hingga pagi hari, detikers tetap bisa berpuasa sebelum melakukan hal-hal yang membatalkan.
Niat puasa Arafah di malam hari sampai sebelum terbit fajar:
Bacaan Arab:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى
Bacaan Latin:
Nawaitu shauma ghadin 'an ada'i sunnati Arafah lillahi ta'ala.
Artinya:
Aku berniat puasa sunah Arafah esok hari karena Allah SWT.
Niat puasa Arafah di pagi hari sampai sebelum tergelincir matahari:
Bacaan Arab:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Bacaan Latin:
Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta'ala.
Artinya:
Saya niat puasa sunah Arafah karena Allah ta'ala.
2. Sahur
Sama seperti puasa Ramadhan, sahur sangat dianjurkan sebelum puasa Arafah. Sahur bisa menjadi kebaikan dan keberkahan dalam menjalankan ibadah puasa.
Bagi seseorang yang tidak sahur karena terkendala sesuatu, tetap bisa menjalankan puasa dan dianggap sah.
3. Menjauhi Hal yang Membatalkan Puasa
Saat menjalankan puasa Arafah, detikers harus menjauhi hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Seperti makan dan minum dengan sengaja, melakukan hubungan suami istri, muntah dengan sengaja, dan lain lain.
Sedangkan hal yang dapat membuat pahala puasa menghilang yakni marah-marah, ghibah, dan lain sebagainya.
4. Menyegerakan Berbuka Puasa
Saat menjalankan puasa baik wajib maupun sunah, apabila sudah memasuki waktu berbuka harap menyegerakan berbuka puasa. Itu seperti yang dilakukan Rasulullah SAW.
Dikutip detikHikmah dari buku Al-Islam karya Said Hawwa, Malik bin Amir Abu Athiyyah pernah berkata kepada Aisyah RA: Ada dua orang di antara kami, yang satu menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur, dan yang satunya lagi mengakhirkan berbuka puasa dan menyegerakan makan sahur.
Aisyah berkata: Siapa di antara mereka berdua yang menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur? Aku menjawab, 'Abdullah bin Mas'ud'. Ia berkata 'seperti itulah yang dahulu dikerjakan oleh Rasulullah' (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa'i, & Ibnu Majah)
(sun/dte)