Masa jabatan Eri Cahyadi sebagai Wali Kota Surabaya akan berakhir di 2024. Di momentum HUT Surabaya ke-730 ini, Eri menitipkan pesan bagi pemimpin Surabaya selanjutnya.
Ia ingin Wali Kota Surabaya nantinya tidak lagi membangun sebuah monumen atau tempat baru. Namun, mereka harus bisa menggerakkan ekonomi di tempat-tempat yang sudah dibangun wali kota sebelumnya.
"Jadi saya sampaikan kepada teman-teman dan warga Surabaya atau semua. Saya memilih sesuatu adalah sustainability, berkelanjutan. Jadi saya bilang, Pak Bambang DH membangun yang namanya stadion. Bu Risma membangun Jembatan Surabaya yang terkenal Patung Suroboyo," beber Eri ketika berbincang dengan Pemimpin Redaksi detikcom Alfito Deannova Ginting dalam program Blak-blakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bilang Wali Kota yang baru jangan pernah membangun suatu yang baru lagi. Tapi bagaimana tempat-tempat yang dibangun oleh pendiri kita itu menjadi ramai, menggerakkan ekonomi," imbuhnya.
Eri ingin sejumlah tempat ikonik di Surabaya, turut menambah kesejahteraan masyarakat pelaku UMKM.
"Tugas saya adalah membangun sesuatu sentra yang UMKM-nya bisa bergerak, menambahkan kesejahteraan umat. Ada value added di situ. Akhirnya Jembatan Suroboyo saya buka untuk UMKM. Orang berjualan di sana. Nanti ada pengembangan di setelahnya," jelas Eri.
Ia mencontohkan, di Gelora Bung Tomo (GBT) tidak hanya menjadi tempat untuk pertandingan sepakbola saja. Namun, sejumlah kejuaraan juga digelar di sana. Untuk itu, perekonomian dipastikan bergerak.
"Yang tempat pertandingan sepakbola bukan hanya sepakbola aja di GBT, tapi ada pertandingan basket, piala wali kota. Akhirnya ramai semua. Hidup lah itu bergerak semuanya. Itu yang saya terapkan," ungkapnya.
Tak hanya itu, Eri Cahyadi mengatakan, langkah mengentaskan kemiskinan adalah salah satu pilihan tentang apa harus dicapai oleh seorang kepala daerah. Pilihan lainnya adalah membangun sesuatu yang monumental.
"Ini kan kalau bicara terkait dengan kemiskinan, itu pilihan. Karena itulah saya selalu mengatakan ke teman-teman, saya tidak pingin bangun sesuatu yang monumental tapi SDM tidak bisa selesai," ujarnya.
Dia contohkan tentang satu masalah yang tak kunjung tuntas di Surabaya. Bahwa kotanya Sura dan Buaya itu sebelumnya tak pernah bisa lepas dari buang air besar sembarangan.
"Tidak pernah 100 persen bebas. Laten. Jadi mulai awal sampai saya menjabat, saya bilang sama temen-temen. 'Bayangin, Surabaya ini punya uang triliunan, kenapa kok masih ada rumah yang tidak layak huni? Kenapa masih ada kampung yang gelap? Kenapa masih ada BAB sembarangan? Karena mereka nggak punya jamban. Karena mereka orang miskin. Sudah.' Akhirnya saya buat, hitung berapa kebutuhan jamban, berapa kebutuhan rumah tidak layak huni, kita abisin dulu dengan anggaran kita," ujarnya.
Kini, Eri mengklaim bahwa Surabaya sedang menuju ke arah kota sehat. Menurutnya, 3 bulan lalu WHO menyatakan bahwa Kota Pahlawan telah benar-benar bebas dari BAB sembarangan.
"Mereka (kepala dinas) juga tidak percaya 1 tahun bisa selesai. Ternyata anggaran kita itu kelihatan kok. Dan sebagai Kepala dinas, mereka harus bisa merencanakan itu," kata Eri.
(hil/fat)