Cerita CJH Tunanetra Asal Magetan Wujudkan Mimpi Naik Haji

Cerita CJH Tunanetra Asal Magetan Wujudkan Mimpi Naik Haji

Esti Widiyana - detikJatim
Selasa, 30 Mei 2023 21:00 WIB
cjh tunanetra akhirnya naik haji
CJH tunanetra asal Magetan ini akhirnya bisa naik haji (Foto: Dok. Asrama Haji Embarkasi Surabaya)
Surabaya -

Moh Soleh (77), salah satu calon jemaah haji tunanetra bersyukur bisa naik haji. CJH kloter 13 asal Magetan ini bersyukur bisa berangkat ke tanah suci Makkah lebih cepat.

Soleh mengatakan dirinya masuk dalam CJH cadangan. Kemudian, dua pekan yang lalu, ia mendapat kabar jika ia berangkat ke tanah suci. Akhirnya ia bisa berangkat bersama rombongan di kloter 13.

"Saya mendaftar haji bersama istri (Putinah) tahun 2011. Saya ingin mewujudkan cita-cita sejak anak-anak masih sekolah," kata Soleh di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES), Selasa (30/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ayah dari empat anak ini timbul niatan pergi haji ketika buah hatinya masih sekolah. Ia ingin berangkat ke Makkah ketika anak-anaknya sudah lulus kuliah.

"Jika tanah yang saya punya masih ada, saya akan menjualnya untuk daftar haji," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Kemudian, pada tahun 2011, semua anaknya selesai kuliah. Ia memiliki tanah yang mulanya untuk biaya sekolah anak-anaknya tetapi tidak sampai terjual. Sehingga, setelah menuntaskan pendidikan keempat anaknya, tanah tersebut dijual untuk menyempurnakan Rukun Islam.

"Tanah sudah terjual, tapi karena uangnya masih belum cukup untuk bisa daftar haji berdua dengan istri saya, maka kami juga meminjam dana talangan haji untuk menutup kekurangan," jelasnya.

Soleh menceritakan ia mengalami tuna netra bukan sejak lahir. Melainkan pada tahun 1977 atau 46 tahun lalu, saat mengecek baterai yang dimilikinya masih berfungsi dengan baik atau tidak

"Saya coba dengan menempelkan bola lampu, mungkin ada kabelnya yang salah, Tiba-tiba meledak kena dua mata saya. Kedua mata saya rusak parah hingga sampai saat ini saya tidak bisa melihat lagi," ceritanya.

Setelah mengalami musibah itu, matanya menjadi cacat. Sehingga, sebelumnya Soleh bekerja sebagai petani tidak lagi bisa bekerja. Sang istri pun, mau tidak mau saat itu harus menjadi tulang punggung untuk mencari nafkah demi menghidupi keluarga.

"Saya bekerja serabutan seadanya mulai dari bertani hingga buruh pabrik tebu. Pokok ada pekerjaan halal saya mau yang penting dapat uang untuk biaya kebutuhan," katanya.

Setelah sekian lama tidak bekerja, Soleh mendapat kesempatan belajar memijat. Berbekal ilmu memijat, ia kerap mendapat panggilan untuk memijat. "Kalau pijat capek biasa, saya tidak melayani. Saya memijat pasien yang sakit seperti panas, batuk-batuk dan sejenis nya," pungkasnya.

Di usianya yang sudah uzur, Soleh masih mampu memijat pasiennya. Karena banyak orang yang minta tolong untuk memijat, ia bisa membiayai anak-anaknya kuliah bahkan membeli tanah.




(esw/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads